
Gunung Arjuno di Jawa Timur dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian favorit di Indonesia. Namun, di balik keindahan alamnya yang memukau, tersimpan kisah-kisah misteri yang melingkupi kawasan Alas Lali Jiwo. Secara harfiah, “Lali Jiwo” berarti “lupa diri,” dan sesuai dengan namanya, area ini sering dikaitkan dengan peristiwa aneh, pendaki yang tersesat, hingga insiden fatal.1
Mitos dan Realita Alas Lali Jiwo
Alas Lali Jiwo terletak di jalur pendakian Gunung Arjuno, setelah pos peristirahatan Cangar. Mitos yang beredar mengatakan, siapa pun yang melewati area ini harus tetap menjaga pikiran jernih dan fokus. Mereka yang tidak menjaga etika, seperti berkata kasar atau sombong, bisa tersesat atau bahkan “ditarik” oleh energi mistis.
Secara logis, pendaki yang tersesat sering kali karena medan yang senyap, dingin dan hamparan pohon-pohon pinus yang serupa di banyak titik. Kabut tebal yang sering muncul juga mengurangi jarak pandang, sehingga menyulitkan navigasi.
Pengalaman Difabel Pecinta Alam (Difpala)
Difabel Pecinta Alam (Difpala) Lingkar Sosial Indonesia pernah melakukan pendakian di Gunung Arjuno, termasuk melewati Alas Lali Jiwo. Dalam kegiatan ini, Difpala mengedepankan prinsip inklusivitas, keselamatan, dan keberlanjutan. Perjalanan mereka membuktikan bahwa dengan persiapan matang dan mitigasi risiko yang baik, pendakian dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk teman-teman difabel.2

Strategi Mitigasi di Alas Lali Jiwo
Untuk mengurangi risiko saat melintasi Alas Lali Jiwo, ada beberapa langkah mitigasi yang penting dilakukan:
Persiapan Fisik dan Mental
Pendaki harus memastikan kondisi fisik dan mental yang prima sebelum mendaki. Selain itu, berdoa dan menjaga etika selama perjalanan juga dianjurkan untuk menghormati kepercayaan lokal.
Membawa Peralatan Navigasi
Selanjutnya, kompas, peta, dan GPS sangat penting untuk membantu navigasi, terutama di area yang sering diselimuti kabut tebal seperti Alas Lali Jiwo.
Menggunakan Guide Lokal
Jika pendaki tidak familiar dengan jalur pendakian, sangat disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal yang memahami medan dan memiliki pengalaman di kawasan tersebut.
Mendaki dalam Kelompok
Selain itu, jangan mendaki sendirian, terutama di kawasan dengan reputasi rawan seperti Alas Lali Jiwo. Mendaki dalam kelompok memudahkan koordinasi dan membantu jika ada anggota yang mengalami masalah.
Membawa Perlengkapan Darurat
Penting juga untuk membawa perlengkapan darurat seperti P3K, senter, peluit, dan baterai cadangan. Perlengkapan ini sangat berguna jika terjadi situasi darurat.
Menandai Jalur
Saat melintasi kawasan yang medan dan vegetasinya serupa, tandai jalur dengan pita atau kain kecil yang ramah lingkungan untuk menghindari kebingungan saat kembali.
Menghormati Alam dan Adat Lokal
Terakhir, hindari berkata kasar, sombong, atau melakukan tindakan yang merusak alam. Sikap hormat terhadap adat dan tradisi setempat sering kali dianggap dapat “melindungi” pendaki.
Penutup
Alas Lali Jiwo menyimpan keindahan dan tantangan bagi pendaki. Oleh karena itu, pemahaman tentang mitos dan realita kawasan ini sangat penting. Selain itu, strategi mitigasi yang matang menjadi kunci keberhasilan pendakian. Dengan persiapan yang tepat, pendakian bisa berjalan aman dan berkesan.
Difabel Pecinta Alam telah membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk menjelajah alam Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa perencanaan dan tanggung jawab adalah kunci utama dalam setiap pendakian.
- Gunung Arjuno https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Arjuno [↩]
- Survei Gunung Arjuno Persiapan Disability Seven Summits https://lingkarsosial.org/survei-gunung-arjuno-persiapan-difpala-seven-summits/ [↩]