Dalam kehidupan sosial, kita sering kali lebih mengingat satu makian dibandingkan seribu pujian. Ini karena manusia memiliki kecenderungan untuk lebih peka terhadap hal-hal negatif, yang dikenal sebagai negativity bias. Namun, apakah kritik dan celaan selalu buruk? Tidak. Jika kita memahami esensinya, baik pujian maupun kritik sebenarnya adalah bagian dari proses belajar.1
Memahami Benar dan Salah sebagai Proses Belajar
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan menerima kritik. Begitu juga, setiap usaha dan pencapaian sering kali mendapat pujian. Keduanya bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari, melainkan dipahami sebagai bagian dari perjalanan untuk terus berkembang. Dengan pola pikir ini, kita tidak akan merasa terlalu tinggi saat dipuji, dan tidak jatuh saat dikritik. Tidak hanyut dalam pujian, tidak runtuh oleh cacian.
Salah satu cara terbaik dalam menghadapi penilaian orang lain adalah dengan tetap tenang dan menikmati prosesnya. Selama masih ada yang menilai, itu berarti kita masih dianggap ada dan memiliki nilai. Baik itu dalam bentuk apresiasi atau koreksi, keduanya menunjukkan bahwa keberadaan kita berdampak.
Tantangan dalam Menerapkan Sikap Ini
Tidak semua orang bisa langsung menerapkan pola pikir ini karena ego sering kali menjadi tantangan terbesar. Kita cenderung ingin selalu merasa benar dan dihargai. Namun, dengan latihan dan kesadaran diri, kita bisa belajar untuk menerima segala bentuk penilaian dengan lebih bijak.2
Pujian dan kritik hanyalah bagian dari perjalanan hidup. Jangan hanyut dalam pujian hingga lupa untuk berkembang, dan jangan runtuh karena kritik hingga kehilangan semangat. Tetaplah berjalan, terus belajar, dan nikmati prosesnya. Selama kita masih diperhatikan dan dinilai, selama itu pula kita masih bernilai.
Jadi, siapkah kamu untuk terus melangkah tanpa terpengaruh berlebihan oleh pujian maupun kritik?