Praktik Baik Pemberdayaan OYPMK di Jawa Timur Ekraft untuk kusta Jambore Kader Pantura, Produk UMKM OYPMK dan Disabilitas Laris

Praktik Baik Pemberdayaan OYPMK di Jawa Timur

2 minutes, 10 seconds Read
LINKSOS mengembangkan praktik baik pemberdayaan OYPMK di Jawa Timur untuk menghapus stigma, meningkatkan kemandirian ekonomi, dan melibatkan mereka dalam kegiatan sosial serta lingkungan.
Ken Kerta
Ken Kerta
Founder Lingkar Sosial Indonesia

Jawa Timur – Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) terus mengembangkan praktik baik pemberdayaan bagi penyintas kusta atau Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di Jawa Timur. Upaya ini bertujuan untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap OYPMK serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan penyakit kusta. 1

Sejak berdiri pada tahun 2014, LINKSOS telah fokus pada isu kusta dan pemberdayaan OYPMK melalui berbagai program, termasuk pelatihan ekonomi mandiri dan pembentukan forum inklusif Kader Kusta yang melibatkan OYPMK serta masyarakat peduli kusta. Namun, stigma yang masih tinggi menjadi tantangan utama dalam pemberdayaan ini. OYPMK kerap dianggap sebagai aib dan mengalami diskriminasi, yang membuat mereka menutup diri dari lingkungan.

Selain stigma, transparansi program juga menjadi kendala. Identitas OYPMK yang dilindungi oleh Puskesmas membuat organisasi peduli kusta sulit menjangkau mereka untuk pemberdayaan. LINKSOS mengatasi tantangan ini dengan menjalin kerja sama dengan beberapa Puskesmas, seperti Puskesmas Lawang di Kabupaten Malang dan Puskesmas Nguling di Kabupaten Pasuruan.

Praktik baik pemberdayaan kusta di Jawa Timur Angka Kusta di Indonesia Masih Tinggi pelatihan kusta Rencana Kerja FIKDIS Kabupaten Pasuruan 2024

Praktik baik pemberdayaan OYPMK

Dalam bidang ekonomi kreatif (ekraf), LINKSOS melatih OYPMK dalam membatik, membuat keset, produksi kopi bubuk, serta pendampingan wirausaha yang mencakup pelatihan, permodalan, dan pemasaran. Sementara dalam bidang lingkungan hidup, penyintas kusta dilibatkan dalam kegiatan Difabel Pecinta Alam (Difpala) dan kepramukaan, termasuk aksi penghijauan dan pendakian gunung. Bahkan, seorang penyintas kusta tergabung dalam tim Disability Seven Summits, yaitu misi pendakian tujuh gunung oleh penyandang disabilitas.23

Meski menghadapi tantangan stigma, transparansi program, dan keterbatasan pembiayaan, LINKSOS tetap berupaya memberikan akses pemberdayaan bagi OYPMK. Jumlah OYPMK yang pernah mengikuti program sosial dan pelatihan di  LINKSOS berjumlah sekitar 60  orang. Enam orang dari kabupaten Malang, 30 orang dari Kabupaten Pasuruan, selebihnya dari Surabaya, Kediri, Gresik, Sampang dan Jombang. Dari jumlah itu, tiga orang kini menjadi pengurus aktif LINKSOS dan terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi. Dua orang penyintas kusta berhasil menjadi wirausahawan, sementara satu orang lainnya menjadi pendaki gunung. Namun, mereka yang tidak aktif di LINKSOS tetap menjalankan kegiatan produktif di desa masing-masing.

Praktik baik lainnya adalah pemberdayaan masyarakat. Di Kabupaten Pasuruan, LINKSOS bersama Puskesmas Nguling Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan mengembangkan Kader Kusta. Kader Kusta adalah tim sosialisasi sadar kusta bersumberdaya masyarakat yang dipimpin oleh Kepala Desa.

LINKSOS berharap permasalahan kusta tidak hanya dianggap sebagai isu kesehatan, tetapi juga sebagai persoalan kemanusiaan yang memerlukan perhatian bersama. Dukungan dari pemerintah, sektor swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), perguruan tinggi, kelompok masyarakat, dan media massa diharapkan dapat memperkuat upaya pemberdayaan OYPMK di Jawa Timur.

  1. Kusta di Jawa Timur: Tantangan dan Upaya Penanggulangan []
  2. Ekraf (Ekonomi Kreatif) untuk Penyintas Kusta []
  3. Difabel rayakan Hari Kusta dengan mendaki gunung []

Similar Posts

Skip to content