Bertani di Lapangan Tembak Bedali

Manfaat Bertani di Lapangan Tembak Bedali

4 minutes, 3 seconds Read
Listen to this article
Bertani di Lapangan Tembak Bedali itu untungnya sehat dan sejahtera, tutur Sulastri. Jadi kami bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada bapak-bapak tentara.
Widi Sugiarti
Widi Sugiarti
Penulis

Sejak tahun 2012, keluarga Suwadji (89 tahun) bertani di lahan Lapangan Tembak Bedali Lawang.  Suwadji adalah penerima manfaat program ketahanan pangan TNI AD. Program tersebut mengubah lahan tidur menjadi lahan produktif bekerjasama dengan masyarakat. Ia menggarap lahan bersama istrinya, Sulastri (78 tahun) dan salah satu anaknya, Dwi Setyadi (54 tahun). 

Keluarga Suwadji  tinggal di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Mereka bertani di lahan lapangan tembak kira-kira seluas 1.500 meter. Di atas lahan tersebut mereka menanam jagung dan kacang tanah. Pola tanamnya bergantian untuk menjaga kesuburan tanah. 

Di lahan yang sama, sesekali terdapat sekelompok penyandang disabilitas yang turut berkegiatan. Tujuan mereka adalah melakukan terapi kerja untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Untuk hal ini, pihak komunitas disabilitas telah mendapat ijin dari pengurus Lapangan Tembak Bedali.

bertani di lapangan tembak

Awal mula

“Awal mula bertani di Lapangan Tembak Bedali itu tahun 2012,” kisah Sulastri. Saat itu Pak Harto yang menawari Bapak Suwadji. Setelah itu setiap hari saya, Bapak dan Dwi menggarap lahan. 

Yang disebut sebagai Pak Harto oleh Sulastri, adalah seorang tentara yang bertugas di Lapangan Tembak Bedali, namanya Pelda Suharto. Diketahui Pelda Suharto pernah menjabat sebagai Bawas Daerah Lat Bak Rindam V/Brawijaya. 

Sedangkan Dwi, panggilan akrab anak Sulastri, adalah seorang penyandang disabilitas intelektual/grahita. Ia lulus SD, tapi tidak bisa baca tulis. Kehidupannya bergantung pada orangtuanya. Meski usia biologisnya mencapai 54 tahun, tapi usia mentalnya kira-kira 10 tahun. Hal ini menjadikan Dwi berperilaku seperti anak-anak.

“Alhamdulilah, dengan adanya lahan di Lapangan Tembak, bisa untuk kesibukan Dwi,” tutur Sulastri. Jika tak ada kesibukan, Dwi main kesana kemari, lalu disuruh orang bekerja tapi nggak diupah. Kadang bermain dengan anak-anak kecil. 

Bertani di Lapangan Tembak Bedali

Bangga sebagai lansia

“Sebagai lansia saya bangga bertani di Lapangan Tembak Bedali,” ujar Sulastri (78 tahun). Perhitungannya bukan untung rugi uang, tapi hiburan sebagai orang tua. Badan sehat, hati tentram. 

Lanjutnya, hampir tiap hari ke lahan, kadang jalan kaki, kadang anak mengantar dengan sepeda motor. Ketika jalan kaki orang bertanya,” Bu, mau ke tegalan nggih? “

Saya jawab dengan bangga,” Nggih, untuk kegiatan daripada di rumah saja.” 

Mengapa bangga? Karena sebagai lansia yang berpenghasilan, sebelumnya tidak memiliki pendapatan. Meski sebagai orang tua, sebenarnya anak-anak sudah menjamin uang belanja tiap bulan. Namun hidup menjadi lebih baik jika sebagai mbah punya uang sendiri, pas cucu datang bisa nyangoni. 

bertani di lapangan tembak bedali

Teknis pengelolaan

Sebelumnya, saya, Bapak, dan Dwi sehari-hari yang menggarap lahan. Awalnya dulu lahan berbatu, tapi ditelateni, dicangkul, digarap, akhirnya tanah sekarang gembur dan subur, kisah Sulastri. 

Tapi sejak Bapak sakit setahun lalu, ia nggak bisa lagi ke lahan. Jadi yang menggarap lahan sekarang orang dua saja. Kadang-kadang juga dibantu anak lainnya pas mereka libur kerja. Sekarang Bapak sudah sembuh, tapi sudah nggak kuat lagi bertani. Sebab jalan pun sekarang menggunakan kursi roda. 

Bertani di lapangan Tembak Bedali itu menyenangkan. Seluruh hasil panen untuk yang menggarap. Tentara tidak minta hasil sedikitpun. Tetapi sebagai orang yang tahu terimakasih, tetap saja kami kasih. Ya, tidak banyak, cukuplah untuk dimakan bareng-bareng. 

Tentara disini juga baik-baik. Ada pak Harto, Pak Hamid, Mas Agung, Mas Bayu, dan bapak-bapak lainnya yang bekerja di lapangan tembak. Kalau lewat lahan, sesekali mereka mampir untuk mengobrol atau menanyakan kabar.

bertani di lapangan tembak

Bekerja bersama penyandang disabilitas

“Pernah menggarap lahan dibantu penyandang disabilitas, lumayan meringankan,” kata Sulastri. Mulai dari menyemprot rumput, mencangkul, gejik (tanam benih), hingga panen. Tapi mereka nggak minta bagi hasil, katanya membantu di lahan untuk olahraga biar sehat. 

Pembina yayasan disabilitas, Ken Kerta (48 tahun) membenarkan: “Anak-anak disabilitas yang membantu dari komunitas Lingkar Sosial dan Panti Karya Asih.”  Tujuan disabilitas bertani di Lapangan Tembak Bedali adalah sebagai terapi kerja. Anak-anak disabilitas sangat senang diajak keluar panti. Refreshing.

Yayasan Lingkar Sosial (LINKSOS) mengembangkan kegiatan Difabel Bertani. Kegiatan tersebut memiliki tiga misi yaitu melatih kemandirian, mendukung rehabilitasi yaitu memulihkan fungsi fisik, mental dan intelektual, serta meningkatkan ketahanan pangan.

“Harapannya, jika ada kerjasama resmi antara Lapangan Tembak dengan komunitas disabilitas, kami bisa lebih fokus mengelola lahan sambil terapi,” harap Ken. Kegiatan ini juga bisa jadi percontohan program ketahanan pangan bagi penyandang disabilitas. 

bertani di lapangan tembak

Untung atau rugi?

“Kalau menanyakan untung atau rugi, ya rugi jika memerinci waktu dan tenaga, tapi untung dari kesehatan dan kesejahteraan,” tutur Sulastri. Sebagai perempuan lansia yang berkerja bersama anak disabilitas tentu kerja nggak bisa cepat seperti petani lainnya. Maka kalau menghitung secara kerja harian atau borongan ya rugi. 

Hasilnya berapa? Dulu saat Bapak masih ikut bertani, sekali panen kacang dapat 33 karung atau hampir empat kuintal, jelas Sulastri. Kalau dapatnya jagung berapa lupa, imbuhnya sambil mengingat-ingat.

“Bertani di Lapangan Tembak Bedali itu untungnya sehat dan sejahtera,” tutur Sulastri. Jadi kami bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada bapak-bapak tentara. 

Ya, Sulastri memang tak muda lagi. Namun di usia 78 tahun, syukurnya ia masih bisa aktivitas mandiri. Menurutnya, hal ini sebagai berkah mengolah tanah sebaik-baiknya. Harapannya pun sederhana, selama masih mendapat izin bertani di lapangan tembak, ia akan amanah. 

Similar Posts

Skip to content