Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) memberikan saran kepada Pemerintah untuk percepatan vaksinasi Covid-19 bagi difabel. Pemerintah perlu melibatkan komunitas difabel dalam penanggulangan pandemi. Tujuannya agar pelayanan sesuai kebutuhan ragam disabilitas.
Ketua Pembina LINKSOS, Kertaning Tyas menyebut dua masalah penting pelayanan difabel selama pandemi. Pertama difabel belum mendapatkan edukasi tentang Covid-19 sesuai dengan kebutuhan ragam disabilitas. Kedua, Satgas Covid tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang disabilitas, diantaranya teknis dan etika berinteraksi.
Sistem yang memadai harus tersedia untuk mendukung percepatan vaksinasi bagi difabel, kata Ken sapaan akrabnya. Langkah yang paling mudah menurut LINKSOS adalah melibatkan komunitas difabel dalam satgas Covid. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan interakasi dengan difabel.
Info terkait: Strategi Percepatan Vaksinasi Covid-19 bagi Penyandang Disabilitas
Insiatif sosialisasi
Belum adanya kebijakan Pemerintah yang memadai terhadap pelayanan difabel di masa pandemi. LINKSOS melakukan beberapa insiatif yaitu peningkatan imunitas, menggalakkan vaksinasi, serta sosialisasi sadar Covid dari rumah ke rumah.
LINKSOS mengajak difabel melakukan olahraga di alam bebas untuk meningkatkan imunitas. Mereka melakukan jalan sehat, penghijauan dan mendaki gunung.
Para kader juga menggalakkan vaksinasi dengan menyebarluaskan informasi jadwal vaksin. Mereka juga bekerjasama dengan relawan ambulance, dalam hal ini BMH Malang untuk antar jemput difabel peserta vaksinasi. Sekaligus tim menjadi juru bahasa isyarat dan komunikator bagi difabel dengan keterbatasan berbicara.
Kami mendukung percepatan vaksinasi Covid-19 bagi difabel melalui kegiatan sosialisasi covid dan edukasi vaksinasi, kata Ken. Hal ini untuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas khususnya warga difabel, mengingat masih sedikitnya jumlah sasaran dan capaian vaksinasi. Masih terjadi penolakan warga difabel terhadap vaksinasi, juga minimnya dukungan keluarga.
Kebutuhan informasi difabel tentang Covid-19 dan vaksinasi
ken mengungkap beberapa masalah Difabel dalam mengakses informasi Covid-19 dan layanan vaksinasi. Yang pertama, difabel memiliki kebutuhan komunikasi yang berbeda. Seperti Tuli membutuhkan bahasa isyarat. Anak-anak difabel intelektual memerlukan penjelasan berulang-ulang agar paham. Sedangkan selama ini belum ada sosialisasi khusus bagi mereka.
Kedua, selama ini informasi dan pendaftaran vaksinasi lebih mengandalkan teknologi digital dan data dari komunitas. Difabel yang gagap teknologi tak bisa mengakses layanan ini. Demikian pula difabel yang tak bergabung dalam komunitas, mereka rentan tidak terdata.
Yang ketiga, satgas Covid-19 tidak paham disabilitas, secara umum mereka tidak mengerti bahasa isyarat dan tak paham etika berinteraksi dengan difabel.
Dampaknya difabel tidak teredukasi dengan baik. Masih ada stigma takut mati akibat vaksinasi dan tidak tahu pentingnya vaksinasi. Keluarga yang tidak mendukung juga memperburuk persoalan ini.
Capaian vaksinasi difabel
Berdasarkan data yang kami himpun hingga September 2021, dalam lingkup kabupaten Malang, sasaran vaksinasi difabel baru mencapai 1.804 jiwa, sedangkan data Dinas Sosial Kabupaten Malang jumlah difabel mencapai 16.008 jiwa, atau 11,27% telah tervaksin.
Kemudian Kota Malang sasaran vaksinasi difabel sebanyak 1.602, dengan jumlah difabel menurut data dinas sosial Kota Malang ada 2.669 jiwa atau 60% telah tervaksin. Lalu di Kota Batu sasaran vaksinasi difabel 619 jiwa, dengan total jumlah difabel 1.038 jiwa atau 59,6% difabel tervaksin.
Secara umum di Malang Raya sasaran maupun capaian vaksinasi difabel baru mencapai sekira 4.025 jiwa dari 19.715 jiwa atau 20,41% tervaksinasi
Pelibatan difabel dalam satgas Covid-19
Ken kembali menegaskan, bahwa percepatan vaksinasi Covid-19 bagi difabel harus dibarengi dengan sistem yang memadai. Dalam hal ini satgas Covid-19 harus dilengkapi tim edukasi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan berinteraksi dengan difabel.
Langkah yang paling mudah adalah melibatkan komunitas difabel dalam satgas Covid. Kami siap menjadi relawan, namun perlu adanya ketetapan regulasi agar tidak terjadi kesalahan koordinasi di lapangan. (admin)