Sebenarnya, apakah karena utama di masa Corona jalan-jalan kampung diberi portal? Apakah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19? Ataukah untuk mencegah tindakan kriminal, seperti pencurian, perampokan dan lainnya?
Benarkah penyebaran virus Covid-19 bisa mencegah dengan cara memasang portal di jalan-jalan kampung? Benarkah tindakan kriminal dapat dilakukan dengan pemasangan portal di jalan-jalan kampung?
Mengapa kita tidak mau mencari dan membaca referensi sebanyak-banyaknya tentang penyebaran virus Covid-19? Mengapa kami tidak bertanya, dari sumber awal dapat terjadi tindakan kriminal?
Jangan-jangan, portal jalan di masa Corona di kampung-kampung adalah menjadi bukti nyata bahwa kita hanya menginginkan jalan pintas saja untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi saat ini?
Dan semoga, portal jalan di kampung-kampung tidak menjadi cerminan bahwa hati nurani dan kesadaran kita telah buntu. Mengapa kita membaca bahwa portal jalan di kampung-kampung sesungguhnya adalah cerminan keyakinan hati dan kesadaran sosialnya?
Kita mungkin menemukan bahwa dengan memasang portal jalan di kampung-kampung, maka kita merasa lebih aman dari penyebaran virus Covid-19. Benarkah demikian adanya? Kita mungkin menemukan bahwa dengan memasang portal jalan di kampung-kampung, maka kita dapat mencegah tindakan kriminal, seperti pencurian atau perampokan. Benarkah demikian?
Mengapa kami tidak berpikir, dari mana sumber tindakan kriminal muncul? Mengapa tindakan kriminal bisa muncul? Mengapa sampai ada orang yang mau bertaruh nyawa untuk melakukan tindakan kriminal? Apa penyebab utama?
Benarkah kita sedang melindungi orang lain? Atau jangan-jangan sebenarnya kita sedang melindungi diri sendiri sambil menyembunyikan keegoisan diri sendiri? Benarkah kita sedang menyelamatkan kepentingan umum?
Atau jangan-jangan-jangan-jangan sebenarnya yang sedang kita selamatkan adalah kepentingan diri sendiri sambil menyimpan rapat-rapat rasa ketidak-pedulian kita kepada orang lain?
Portal dipasang di jalan-jalan, yang katanya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Tapi kita lupa mencegah virus ketidak-pedulian yang tumbuh subur di dalam diri masing-masing. Portal dipasang di jalan-jalan, yang katanya untuk mencegah tindakan kriminal.
Tapi kita lupa mencegah orang-orang di kita dari rasa lapar dan kemiskinan yang semakin menjerat jiwa. orang-orang lapar yang jiwanya terus menegang dan tertekan, bisa terjerumus ke dalam ketersesatan pikiran, yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan kriminal?
Alangkah ironinya, ketika kita memasang portal di jalan agar orang lain tidak masuk ke daerah kita untuk melakukan tindakan kriminal, tetapi justru ada orang-orang di daerah kita sendiri yang melakukan tindakan kriminal rasa lapar, kemiskinan dan jiwa yang dialaminya? Lantas, portal itu dipasang untuk apa?
Seandainya saja, kita bersama-sama bisa membangun kesadaran dan memperkuat rasa kepedulian terhadap sesama, kepada orang-orang di sekitar kita, dan kepada siapa saja yang membutuhkan, kita bersama-sama bisa mencegah “Sumber Kelahiran” dari segala macam bentuk tindakan kriminal.
Kita bisa mengatasi berbagai masalah dari sumbernya. bahkan mampu mencegah tindakan kriminal sejak dalam pikiran. Maka, kita tidak perlu memasang portal di jalan-jalan.
Kemiskinan, ketidak-adilan dan penipuan, adalah musuh utama kita semuanya. Itulah yang harus kita beri portal. Mereka itulah yang harus kita cegah. Bahkan harus kita lawan bersama. Karena dari mereka (kemiskinan, ketidak-adilan dan kecurigaan) akan muncul berbagai bentuk tindakan kriminal dan sumber kehancuran.
Mengapa kemisikinan terus ada? Mengapa ketidak-adilan bisa terus terjadi? Dan mengapa penipuan bisa terus berkembang? Hanya tiga pertanyaan tersebut yang menjadi kunci utama untuk menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi saat ini dan terus sampai ke masa depan.
Mengapa kemisikinan masih terus ada?
Mengapa ketidak-adilan bisa terus terjadi?
Dan mengapa penipuan bisa terus berkembang?
Apakah portal jalan bisa menjadi jawaban?
Ataukah justru portal jalan adalah bukti nyata bahwa kita tidak akan benar-benar serius berpikir untuk mencari jawaban yang sebenarnya? Ataukah menjadi bukti lain bahwa kesadaran kita semakin pudar, hati kita semakin tertutup, dan pikiran kita semakin tumpul?
Semua pertanyaan di atas tentu tidak bisa dijawab secara tergesa-gesa. Apa yang harus dilakukan sebelum benar-benar dikunyah dan dicerna dengan sebaik-baiknya, justru bisa memantik emosi dan amarah yang tidak berguna.
—–
Penulis: Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES, pegiat Komunitas Sinau Embongan