Ditengah pandemi Covid-19 workshop pemberdayaan masyarakat Omah Difabel Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) eksis memproduksi ribuan masker dan ratusan hazmat sebagai bentuk aksi nyata kontribusi penanggulangan wabah Covid-19. Produk-produk tersebut selain dijual dengan harga standar sebagai kegiatan bisnis komunitas juga untuk kepentingan donasi.
“Berbisnis sekaligus berdonasi, ini langkah strategis kami dalam menghadapi pandemi Covid-19,” tutur Manager Omah Difabel, Widi Sugiarti (10/5) di Omah Difabel, Lawang.
Berbisnis artinya kita sangat memperhatikan perekonomian masyarakat, baik difabel, non difabel maupun warga sekitar yang bergabung dalam Omah Difabel.
Kami menjalankan kewirausahaan sosial dimana suatu bisnis yang dijalankan wajib memberikan dampak positif pada lingkungan, seperti penyerapan tenaga kerja lokal dan pemanfaatan SDA secara bertanggungjawab. Termasuk pelibatan komunitas setempat serta sinergitas dengan Pemerintah dan stake holder.
“Kesejahteraan mitra pekerja pun menjadi prioritas,” tandas Widi. Upah menjahit di Omah Difabel bisa mencapai dua hingga lima kali lipat dari upah konveksi pada umumnya.
Misal harga per hari ini menjahit hazmat, ada konveksi memberikan upah 7000 rupiah per piece, kalau upah kami bisa mencapai 30 ribu rupiah, tergantung pada tingkat kesulitan dan harga jual. Sedangkan masker filter ada konveksi memberikan upah jahit 3000 rupiah per lusin, di kami saat ini 8000 rupiah per lusin. Harga ini tentu fluktuatif menyesuaikan prospek pasar.
Cara penetapan upah pun berdasarkan kesepakatan antara menejemen Omah Difabel dengan mitra penjahit. Kami memulainya dengan rapat harga pokok produksi atau HPP yang menghadirkan menejemen, pemodal dan mitra pekerja. Sehingga bisnis berjalan transparan dan suka sama suka, terang Widi. Setelah HPP ditetapkan, para mitra yang bergabung selanjutnya tinggal mengikuti kesepakatan di awal tersebut.
Dampak sosial dan keberlanjutan
Dampak sosial menjadi tujuan pokok dalam social enterprise yang dijalankan Omah Difabel. Misal terkait penyerapan tenaga kerja lokal, sebagai bentuk pelibatan komunitas setempat. Saat ini ada sekira 36 penjahit yang bermitra dengan kami, jelas Ken sapaan akrabnya. Mereka berasal dari kalangan difabel, orangtua dari anak berkebutuhan khusus (ABK) serta warga masyarakat sekitar, dari wilayah Kabupaten Malang dan Kota Malang.
Latar belakang mitra penjahit rerata berasal dari mantan karyawan koveksi yang di PHK atau diliburkan serta penjahit rumahan yang sepi orderan akibat dampak pandemi.
Untuk pengembangan wirausaha, kedepan kami ingin membuka workshop di Kota Malang dan Kota Batu serta kota-kota lain yang memungkinkan.
Terkait keberlanjutan, diantaranya indikatornya adalah sinergitas dengan Pemerintah dan stake holder. Omah Difabel menjadi salah satu mitra Dinas Sosial Kabupaten Malang untuk pemenuhan sekira 15.000 masker. Juga mitra Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang untuk produksi 25.000 masker.
Sedangkan sinergitas stake holder diantaranya Omah Difabel bekerjasama dengan PKRS RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang untuk produksi dan pemasaran masker filter.
Donasi masker dan hazmat
Selain berbisnis untuk menjaga stabilitas ekonomi anggotanya, Lingkar Sosial juga melakukan kegiatan donasi untuk membantu penanggulangan wabah Corona.
“Untuk kepentingan donasi kami menjual produk dengan harga dibawah standar bisnis Omah Difabel,” terang Widi. Pembeli untuk donasi rerata dari komunitas, ada juga dari perusahaan bahkan pemerintah. Mereka membeli masker filter untuk dibagi-bagikan secara gratis kepada masyarakat. Juga membeli hazmat untuk disumbangkan kepada rumah sakit.
Mereka yang membeli produk Omah Difabel untuk disumbangkan diantaranya Penerbit Buku Haru Tangerang, relawan panti asuhan, donasi kemanusiaan Cimalaya Bermasker, serta BMH Jatim Gerai Malang.
Pembeli juga dari pihak pemerintah diantaranya Pemerintah Desa Bedali, Dinas Sosial Kabupaten Malang, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang, juga Polresta Probolinggo.
Sementara dari perusahaan ada dari Bank Muamalat dan CSR PT Bima Sakti. Juga CSR dari Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Malang dan Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Kota Malang melalui Dinas Kopindag Kota Malang.
Sedangkan pembeli dari masyarakat umum dari berbagai daerah diantaranya diantaranya Surabaya, Jakarta, Yogjakarta, Semarang hingga luar Jawa diantaranya Makasar, Pontinak dan Tarakan.
Informasi lebih lanjut tentang workshop pemberdayaan Omah Difabel dan kegiatannya, kontak 0857 6463 9993 (Ken)