Pers Rilis: Memaknai Hari Ibu, Bolehkah Mendaki Gunung Ketika Haid?

3 minutes, 33 seconds Read
Listen to this article

Bertepatan dengan Hari Ibu, 22 Desember 2020, Timsus Pendaki LINKSOS, kelompok difabel pendaki gunung, menetapkan aturan pendakian terkait keikutsertaan anggota perempuan yang haid. Hal ini bertujuan untuk menghargai kesetaraan kesempatan laki-laki dan perempuan dalam tim, melindungi hak kesehatan reproduksi perempuan, juga untuk mensikapi perbedaan pandangan terkait mitos perempuan haid tidak boleh mendaki gunung.

Aturan ditetapkan melalui beberapa kali diskusi evaluasi pendakian, setelah pendakian Gunung Butak, 5-6 Oktober 2020 lalu.

Prinsip dari aturan tersebut adalah Timsus menyesuaikan usulan jadwal pendakian dengan agenda umum organisasi, dan masukan perempuan anggota tim.

Agar tidak terjadi benturan jadwal dan kepentingan diantara para pendaki, Timsus Pendaki LINKSOS menetapkan prosedur penjadwalan pendakian.

Ketetapan ini penting, mengingat saat perempuan haid sebagian mengalami masalah kesehatan seperti sakit pinggang, sakit kepala, badan lemas dan sebagainya, juga kondisi di jalur pendakian yang terbatas air bersih.

Menstruasi atau haid pada perempuan merupakan fitrah alam semesta dan siklus alami, tak hanya manusia di desa dan perkotaan, perempuan yang tinggal di gunung pun serta makluk hidup lain selain manusia beberapa mengalaminya. Maka menstruasi wajib disikapi dengan baik agar tidak merugikan hak-hak perempuan.

Meski penetapan aturan pendakian bertepatan dengan hari Ibu, ketentuan ini bukan hanya untuk melindungi hak kesehatan reproduksi Ibu atau perempuan bersuami dan beranak melainkan secara luas terhadap seluruh perempuan yang terlibat dalam tim pendakian.

Hari Ibu dimaknai LINKSOS sebagai semangat Konggres Perempuan Indonesia pertama kali diadakan di Jogjakarta pada 22 Desember 1928.

Kepengurusan Timsus Pendaki LINKSOS

Timsus Pendaki LINKSOS memiliki elemen kepengurusan untuk kelancaran dan keselamatan pendakian:

  1. Tim Pembina, adalah Badan Pembina Lingkar Sosial Indonesia, bertugas meningkatkan kapasitas para pendaki, serta menetapkan aturan pendakian.
  2. Tim Pelatih, bertugas memberikan materi pendakian, baik secara teori maupun praktek di Sekolah Alam Gunung Wedon, yaitu pusat pendidikan dan pelatihan difabel mendaki gunung yang dikelola oleh Lingkar Sosial Indonesia di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
  3. Tim Survei, bertugas melakukan survei calon gunung yang akan didaki. Survei dilakukan secara online melalui internet maupun terjun langsung terjun ke lokasi. Standar sasaran survei meliputi lokasi gunung, prosedur pendakian, jalur pendakian, pos-pos pendakian, jarak tempuh dan waktu pendakian, ketinggian, suhu, lokasi nge-camp, serta sumber air. Tim juga bertugas memetakan lokasi penanaman bibit pohon jika diperlukan, serta jenis tanaman agar tidak mengganggu habitat asli gunung.
  4. Tim Logistik, bertugas memastikan kesiapan logistik tim mulai dari tenda, peralatan masak, senter, hingga kebutuhan makanan selama pendakian. Tim ini juga berhak memeriksa standar keamanan pendakian personal anggota seperti sepatu, penutup kepala, pakaian, dan lainnya.
  5. Tim Pemandu, bertugas sebagai penunjuk jalan dan pemberi informasi selama pendakian.
  6. Tim Perintis, berada di paling depan untuk memastikan jalur pendakian aman dilalui oleh anggota difabel khusunya dan anggota tim lainnya.
  7. Tim Pendamping Khusus, bertugas memberikan dukungan, dan bantuan yang diperlukan bagi difabel anggota Timsus Pendaki.
  8. Tim Medis, bertugas memberikan bantuan medis yang dibutuhkan anggota Timsus, seperti P3K untuk cidera ringan maupun berat, penanganan Hipoksia (kekurangan oksigen), serta Hipotermia (penurunan suhu tubuh dampak paparan hawa dingin).
  9. Tim Penyapu, berada di garis belakang bertugas memastikan tidak ada satupun anggota dan perbekalan yang ketinggalan selama pendakian. Termasuk memastikan pengelolaan sampah selama pendakian tidak mencemari lingkungan.
  10. Tim Edukasi dan Publikasi, bertugas mendokumentasi kegiatan pendakian dan publikasi ke masyarakat luas dengan tujuan pendidikan dan penyadaran masyarakat.

 

Prosedur Penjadwalan Pendakian untuk Menghormati Hak Anggota Perempuan yang sedang Haid

Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) menghormati dan menjamin kesetaraan laki-laki dan perempuan. Untuk itu terkait masa haid yang dialami oleh sebagian perempuan, Timsus Pendaki LINKSOS menetapkan prosedur jadwal pendakian:

  1. Tim Survei memberikan informasi lokasi-lokasi pendakian ke Tim Pembina.
  2. Tim Pembina melakukan koordinasi dengan Pengurus harian LINKSOS dan Tim Logistik untuk memastikan kesiapan anggaran, dan menyesuaikan dengan jadwal agenda umum organisasi. Salah satu hasil dari koordinasi ini adalah Jadwal Sementara Pendakian (Jaspen) per Tahun.
  3. Rapat koordinasi perempuan anggota Timsus Pendaki untuk memberikan masukan Jadwal Sementara Pendakian (Jaspen) per Tahun. Masukan berdasarkan jadwal biologis masa haid yang biasa dialami. Hasil rapat dilaporkan langsung kepada Tim Pembina.
  4. Rapat koordinasi untuk Jaspen per Tahun untuk menetapkan Jadwal Pendakian (Japen). Rapat dihadiri Tim Pembina, Pengurus Harian LINKSOS, seluruh pengurus dan anggota Timsus Pendaki. Selain menerima masukan dari anggota perempuan, Timsus Pendaki juga menerima masukan dari anggota lainnya terkait keperluan pribadi, keluarga, pendidikan dan pekerjaan anggotanya yang sudah terjadwal.

 

Pers rilis dibuat oleh Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), Senin, 21 Desember 2020, di Omah Difabel, Kabupaten Malang. Untuk wawancara dan informasi lebih lanjut, hubungi Ketua Pembina LINKSOS, Kertaning Tyas (Ken Kerta), whatsapp 0857 6463 9993.

Similar Posts

Skip to content