
Gunung Bokong di Kota Batu menjadi salah satu destinasi menarik bagi para pendaki pemula dan penyandang disabilitas. Dengan jalur yang bersahabat dan waktu tempuh sekitar dua jam, gunung ini menawarkan pengalaman mendaki yang menyenangkan tanpa menghadapi medan yang terlalu berat. Tak heran jika banyak pendaki dari berbagai latar belakang ingin mencoba tantangan di jalur ini.1
Pada hari Sabtu, 22 Februari 2025, dua anggota Difpala, Mbak Vivi (disabilitas wicara) dan Mas Wahyu (disabilitas fisik-cerebral palsy), yang telah mencapai kelas Bakti memutuskan untuk menjajal Gunung Bokong sebagai bagian dari perjalanan mereka di dunia pendakian. Pendakian ini bukan sekadar perjalanan biasa, tetapi juga menjadi langkah penting dalam mengasah keterampilan mereka di medan yang lebih nyata.
Tujuan dan tantangan pendakian
Sebagai anggota Difpala, mereka perlu memahami bagaimana menghadapi berbagai kondisi di alam terbuka, mengelola energi saat mendaki, serta meningkatkan rasa percaya diri dalam petualangan mandiri.2 Difpala atau Difabel Pecinta Alam, merupakan kelompok disabilitas pendaki gunung pertama di Indonesia.
Sebagai bagian dari pendakian ini, saya dan Mas Agung bertugas mendampingi Mbak Vivi dan Mas Wahyu sepanjang perjalanan. Peran kami adalah memastikan mereka mendapatkan arahan yang tepat, menjaga ritme perjalanan, serta memberikan dukungan saat menghadapi tantangan di jalur pendakian. Selain itu, kami juga berbagi pengalaman dan strategi mendaki agar mereka lebih siap untuk perjalanan berikutnya ke gunung yang lebih tinggi.
Sebelum memulai perjalanan, kami melakukan registrasi secara online dengan biaya simaksi sebesar Rp20.000 per orang. Selain itu, parkir sepeda motor dikenakan biaya Rp10.000. Dari titik awal pendakian, jalur Gunung Bokong cukup ramah bagi pemula, dengan kemiringan yang tidak terlalu ekstrem serta jalur setapak yang jelas. Meski begitu, perlengkapan seperti sepatu trekking, tongkat hiking, serta air minum yang cukup tetap dibutuhkan untuk menjaga kenyamanan selama perjalanan.
Lebih dari sekadar perjalanan fisik, pendakian ini menjadi kesempatan bagi Mbak Vivi dan Mas Wahyu untuk menguji kemampuan mereka serta merasakan langsung tantangan mendaki gunung. Dengan jalur yang ramah dan pemandangan yang menawan, Gunung Bokong menjadi pilihan tepat untuk pendakian yang penuh makna dan pembelajaran bagi anggota Difpala yang ingin terus berkembang di dunia petualangan alam.