Gunung Bokong Kota Batu (4)

Gunung Bokong Kota Batu Cocok untuk Berlatih Mendaki

3 minutes, 33 seconds Read
Listen to this article
Gunung Bokong Kota Batu dengan ketinggian 1.746 dengan jalur pendakian yang relatif landai, cocok sebagai tempat berlatih pendaki difabel dan pemula.
Ken Kerta
Ken Kerta
Kontrributor: Cakra, Ezra, Pita dan Lukman

Gunung Bokong membawa kesan seru bagi beberapa anggota Difabel Pecinta Alam (Difpala) yaitu Ezra, Cakra, Lukman dan Pita. Menurut mereka, Gunung Bokong juga tepat untuk tempat latihan bagi Difpala1.

Dua diantara mereka, yaitu Cakra dan Ezra adalah calon peserta Deklarasi Disability Seven Summits 2024, Desember mendatang di Gunung Kawi. Pendakian ini bagi Cakra dan Ezra sebagai pelatihan pra deklarasi2.

Gunung Bokong adalah gunung yang terletak di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Gunung ini merupakan anak Gunung Panderman dan memiliki ketinggian 1.746 mdpl. 

Destinasi pendakian ini viral di kalangan pendaki karena memiliki beberapa daya tarik diantaranya jalur pendakian yang relatif landai dan cocok untuk pemula. Daya tarik lainnya adalah city light Kota Batu di malam hari serta panorama matahari terbit dan terbenam. 

Gunung Bokong

Trek dan lokasi ngecamp

“Jalur pendakian Gunung Bokong cukup ramah bagi teman-teman Difpala,” tutur Cakrahayu Arnavaning Gusti, Minggu (17/11 2024). Tidak terlalu menanjak. Awal jalan dominan dengan tangga, lalu setelahnya jalan biasa. 

Jalurnya sama seperti arah ke Panderman, terang Cakra sapaan akrabnya. Hanya saja setelah Pos 1 Latar Ombo kita belok ke kiri dan terus mengikuti jalan yang ada hingga sampai puncak, terangnya.

Pengurus Difpala Bidang Survei dan Mitigasi ini menyampaikan beberapa informasi.  Pertama, lokasi ngecamp di  puncak yang cukup luas sehingga bisa mendirikan banyak tenda. 

Kedua, sama seperti Gunung Panderman, di Gunung Bokong juga terdapat banyak monyet. Bedanya, monyet di Gunung Bokong tak seagresif monyet di Gunung Panderman. 

Ketiga, terdapat aturan sampah yang ketat. Sebelum naik, saat di basecamp, perbekalan di cek dan di-list calon sampahnya oleh petugas. Sehingga pada waktu turun gunung, jumlah sampah harus sesuai dengan list ketika mendaftar. 

“Kesimpulannya gunung Bokong ini sangat bersih, jalurnya tidak ekstrim dan relatif ramah untuk disabilitas dengan puncaknya yang luas juga, cocok untuk teman-teman  Difpala latihan,” pungkas Cakra. 

gunung Bokong (3)

Cocok untuk latihan mendaki dan terapi

“Bagi saya penyandang disabilitas mental akibat epilepsi, Gunung Bokong aman dan ramah,” tutur Ezra Juniawan Roma. Lanjutnya, mendaki gunung bagi saya membuat badan segar sekaligus terapi. 

Ezra sapaan akrabnya, mengatakan selama bergabung di LINKSOS, ia mengikuti kegiatan Difpala dan kegiatan lainnya. Epilepsi yang ia alami baginya tak jadi masalah lagi, sebab ia sudah empat tahun tidak kambuh. 

“Mendaki gunung menjadikan saya lebih sehat,” kata Ezra. Sebelumnya, dalam satu bulan saya bisa kambuh sebanyak tiga hingga empat kali. Namun kini, sudah empat tahun tidak kambuh. 

Perkembangan kesehatan saya juga berkat perhatian Ibu Widi, ungkap Ezra. Sebagai pendamping, Ibu Widi sangat memperhatikan pola makan, istirahat dan jadwal saya minum obat. 

Gunung Bokong

Monyet di Gunung Bokong

Pendaki lainnya, Pita nampaknya sadar dengan keberadaan monyet di Gunung Bokong. Pemilik nama lengkap Aprilia Putri Pitaloka ini berpesan agar hati-hati menaruh makanan supaya tidak memancing perhatian monyet.

“Sampai di Pos 1 tempatnya luas, kami sempat ketemu monyet yang lagi santai di atas pohon,” tutur Pita. Lanjutnya, di puncak saat  kita istirahat, juga sempat melihat segerombolan monyet. 

Monyetnya aman, tidak mengganggu,  asal kita tidak  memperlihatkan atau menaruh makanan bekal, terangnya. Selain itu, karena hari ini weekend jadi ramai di puncak. Banyak keluarga yang mendaki juga bersama anak anak kecil, kisah Pita. 

Aprilia Putri Pitaloka adalah mahasiswa penelitian dari Universitas Brawijaya Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ia sedang meneliti pengalaman restoratif Pendaki Difabel. 

Gunung Bokong Kota Batu (4)

Pendakian yang menyenangkan

“Ini pendakian yang menyenangkan di kala padatnya pekerjaan saya,” ujar Lukman  Hakim, penyandang disabilitas fisik. Selain itu, Gunung Bokong benar-benar cocok untuk Difabel Pecinta Alam. 

Lukman menyampaikan, jalur pendakian Gunung Bokong tidak terlalu jauh dan relatif tidak lama mendakinya. Area camp juga teduh dan luas. 

“Kemarin juga seru karena di setiap perjalanan ada saja cerita dari Mas Ezra sampai kami semua tertawa,” ujar Lukman. Benar-benar pendakian yang menyenangkan. 

Gunung Bokong Kota Batu (1)

Estimasi waktu pendakian Gunung Bokong

Estimasi waktu pendakian Gunung Bokong, dari basecamp ke Pos 1 atau Latar Ombo memerlukan waktu sekitar 1 jam 45 menit. Di Latar Ombo, bagi yang ingin ngecamp, terdapat area yang muat sekitar 10 tenda. 

Selanjutnya dari Pos 1 ke Pos 2, estimasi waktu sekitar 20 menit. Kemudian dari Pos 2 ke Pos 3 membutuhkan waktu sekitar 20 menit. 

Lalu dari Pos 3 ke Puncak memerlukan  waktu 15 menit. Sehingga total waktu dari Basecamp ke Puncak estimasi waktu 2 jam 30 menit.

  1. Upaya Difabel Hapus Stigma Lewat Mendaki Gunung https://www.dw.com/id/difabel-mendaki-gunung-menghapus-stigma/a-61357029 []
  2. Disability Seven Summits https://lingkarsosial.org/disability-seven-summits/ []

Similar Posts

Skip to content