Nuansa kebersamaan nampak dalam layanan perdana Posyandu Disabilitas di Desa Wonorejo Lawang. Antusias warga disabilitas kontras dengan semangat pelayanan Pemerintah Desa, tenaga kesehatan serta kader.
Hari itu seluruh ambulan Puskesmas fokus pada kegiatan evakuasi ODGJ pasung. Sebagai gantinya, nampak perangkat desa dan tenaga kesehatan melakukan terjun langsung melakukan antar jemput menggunakan sepeda motor.
Usai kegiatan posyandu, perangkat desa Achmat Ya’kup meminta pertemuan evaluasi. Sekaligus membahas rencana kebutuhan Posyandu Disabilitas.
Harapan perangkat desa
“Ini untuk pertama kalinya warga penyandang disabilitas berkumpul di Balai Desa Wonorejo,” ujar Pak Modin sapaan akrabnya, Senin 25 Juli 2022 di Balai Desa Posyandu Disabilitas.
Sebelumnya penyandang disabilitas di desa ini seakan-akan tidak ada. Ada datanya tetapi tidak pernah nampak. Kami berharap dukungan dari ULD Kecamatan Lawang dan LINKSOS akan berkelanjutan, sebab kami masih harus belajar banyak, tandasnya.
Harapan lainnya dari Perawat dan Bidan Desa, kader Posyandu Disabilitas, serta pengurus Kelompok Inklusi Disabilitas (KID). Prinsipnya mereka memerlukan pelatihan peningkatan kapasitas dalam melayani peserta Posyandu Disabilitas.
Pendampingan keberlanjutan
“Unit Layanan Disabilitas mendampingi Posyandu Disabilitas secara sistematik dan berkelanjutan,” tanggap Ketua ULD Kecamatan Lawang, Kertaning Tyas.
Sistematik bahwa di setiap desa dampingan kami akan melatih para pengurus KID agar berdaya sehingga mampu menjalankan peran pemberdayaan masyarakat, rinci Ken Kerta sapaan akrabnya.
“Selanjutnya Posyandu Disabilitas adalah program pemerintah berbasis sumberdaya masyarakat, ini yang menjamin keberlanjutan,” tandasnya.
Selama masih ada Puskesmas, RSJ Lawang, para kader dan penyandang disabilitas, maka layanan Posyandu Disabilitas ini akan selalu ada, terang Ken. Jadi sangat berbeda dengan kegiatan disabilitas berbasis proyek yang mengabaikan keberlanjutan.
Rencana Pelatihan
“Setidaknya akan terdapat tiga pelatihan bagi pengurus Posyandu Disabilitas,” terang Ken Kerta. Yang pertama pelatihan tentang teknis pelayanan Posyandu Disabilitas. materi dimulai dari detail meja pelayanan hingga sistem pelaporan. Pelatihan ini menjadi tanggungjawab Puskesmas.
Kemudian yang kedua adalah pelatihan terapi dasar bagi tenaga kesehatan Puskesmas dan kader Posyandu Disabilitas. Pelatihan ini menjadi tanggungjawab RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Selanjutnya yang ketiga adalah pelatihan kesadaran disabilitas. Ini meliputi pengetahuan tentang hak-hak penyandang disabilitas, ragam disabilitas, hingga etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Ini akan dilakukan oleh ULD Kecamatan Lawang melalui kegiatan PKK, Karang Taruna atau kegiatan lainnya yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.
Kisah semangat orangtua ABK
Dalam kesempatan terpisah, orangtua dari anak disabilitas, Nur Afifah menyampaikan pengalaman terapi anaknya.
“Anak saya penyandang celebral palsy, rutin terapi di RSSA sejak umur 1,5 tahun,” terangnya. Saat ini telah berumur 4 tahun 4 bulan. Jadwal terapi sebulan dua kali. Biaya yang dibutuhkan sekitar 400.000, belum termasuk kebutuhan transportasi dan lainnya.
“Ya, demi anak tidak masalah, Alhamdulillah selalu saja ada rejeki untuk biaya pengobatan anak,” pungkasnya. Nur Afifah merasa senang adanya Posyandu Disabilitas yang menyediakan layanan terapi gratis.
Dukungan Pemerintah
Sebagai informasi, Posyandu Disabilitas merupakan layanan kesehatan berbasis ragam disabilitas. Layanan ini ada di tingkat desa dan gratis, sehingga terjangkau dan mudah diakses oleh penyandang disabilitas.
Kabupaten Malang merupakan pelopor Posyandu Disabilitas di Indonesia. Sejak Tahun 2019, Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) bekerjasama dengan Pemkab Malang melalui Dinas Kesehatan didukung RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat mengembangkan Posyandu Disabilitas.
Progres terkini, telah ditetapkan Pembentukan Desa/Kelurahan Inklusi dan Posyandu Disabilitas di semua Desa/Kelurahan wilayah Kecamatan Lawang, melalui Keputusan Camat Lawang Nomor 180/11/KEP/35.07.25/2022.
(admin).