
Capaian Lima Tahun Terakhir (2019–2024)
Dalam lima tahun terakhir, Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) telah menunjukkan kerja nyata dalam membangun gerakan inklusi yang berdampak luas:
- Posyandu Disabilitas yang dirintis oleh LINKSOS kini diadopsi oleh berbagai pemerintah daerah, dari Malang hingga sejumlah kabupaten/kota di Indonesia.
- Difabel Pecinta Alam (Difpala) telah berkembang menjadi simbol ketangguhan penyandang disabilitas lewat program berskala nasional:
- Jambore Nasional Difpala
- Educamp Nasional Pramuka Inklusif
- Deklarasi Disability Seven Summits Indonesia
Belajar dari Masalah Serius
Kami tidak menutup mata terhadap tantangan besar yang telah terjadi. Beberapa di antaranya:
- Pelanggaran prinsip keselamatan: Pendaki disabilitas meninggalkan pemandu di tengah jalur karena merasa mampu. Ini mengabaikan prinsip mitigasi risiko yang menjadi dasar keselamatan kolektif.
- Etika kolaborasi yang dilanggar: Ada mitra organisasi yang menyalahgunakan data disabilitas demi pendanaan, atau menggunakan identitas disabilitas secara manipulatif demi kepentingan proyek mereka.
- Ketimpangan kapasitas pengurus: Dalam semangat afirmasi, kami memberi ruang belajar bagi siapa pun, termasuk yang belum sepenuhnya siap dan mampu. Sayangnya, ini berdampak pada efektivitas program, karena tidak selalu diiringi dengan peningkatan kapasitas yang cukup.
Langkah-Langkah Perbaikan Struktural
Kami mengambil sejumlah langkah korektif untuk memperkuat kultur organisasi dan mengefisienkan struktur:
- Penguatan sistem keamanan dan pembelajaran di Difpala, melalui penyusunan kurikulum yang lebih aksesibel, bertahap, dan terukur. (Saat ini dalam proses revisi.)
- Pengetatan standar kerja sama antar lembaga, dengan mengedepankan MoU atau perjanjian tertulis yang adil dan transparan.
- Penegasan regulasi keanggotaan ganda, yaitu:
- Diperbolehkan selama tidak melanggar hukum dan selaras dengan misi LINKSOS.
- Pengurus tidak diperbolehkan bergabung dalam organisasi yang memiliki konflik kepentingan dengan LINKSOS.
- Kepengurusan kembali ke struktur inti, yaitu pengurus yang terdaftar secara legal dalam SK Kemenkumham. Ini menjadi acuan utama dalam pengambilan keputusan strategis dan representasi hukum organisasi.
- Anggota lain tetap dapat terlibat aktif melalui kepanitiaan berbasis program, proyek, atau event tertentu dengan durasi terbatas.
- Model ini memberi ruang belajar yang nyata, tanpa membebani atau mengaburkan peran pengurus inti yang memegang tanggung jawab struktural.
“Kolaborasi sehat memerlukan batas yang jelas. Struktur yang efisien bukan soal memangkas partisipasi, tapi soal menempatkan peran dengan tepat.”
Penutup: Menata Niat, Menata Langkah
Refleksi ini bukan sekadar menoleh ke belakang. Ini adalah upaya menata ulang niat dan menyusun ulang arah. Kami ingin memastikan LINKSOS tetap menjadi rumah yang aman, inklusif, dan berkelanjutan—bukan hanya dalam kata, tapi dalam sistem dan perilaku.
Kami belajar bahwa keberanian untuk berkata “cukup” adalah bagian dari tanggung jawab menjaga integritas gerakan. Kami juga percaya bahwa partisipasi sejati tumbuh dari peran yang jelas dan sistem yang sehat.
Mari kita mulai tahun ini dengan langkah yang lebih tertib, hati yang bersih, dan komitmen yang lebih kuat untuk menjadi bagian dari perubahan yang nyata, bermartabat, dan berdampak.