Hari Kusta Sedunia di Gunung Panderman

Persiapan Hari Kusta Sedunia 2023 di Gunung Panderman

5 minutes, 40 seconds Read
Listen to this article
Unik dan pertama kalinya peringatan Hari Kusta Sedunia digelar di punck gunung, tepatnya di Gunung Panderman (2.045 mdpl) Jawa Timur.
Ken Kerta
Ken Kerta
Penulis

Unik dan tak biasanya, peringatan Hari Kusta Sedunia kali ini akan digelar di puncak Gunung Panderman (2.045 mdpl) Jawa Timur. Sekaligus ini sebagai even pembukaan Jambore Difabel Pecinta Alam (Difpala) 2023. Keduanya merupakan momen pertama kali di Indonesia.

Kegiatan mendaki Gunung Panderman dijadwalkan pada hari Minggu, 28-29 Januari 2023. Pendakian akan melibatkan 20 anggota Difpala dari berbagai ragam disabilitas baik pemula maupun yang telah terlatih, termasuk orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Kepersertaan masih terbuka bagi masyarakat luas dengan syarat dan ketentuan berlaku. 

Rangkaian even peringatan Hari Kusta Sedunia tersebut meliputi edukasi tentang pengetahuan dasar kusta, standar etika untuk keselamatan pendakian gunung, pengetahuan dasar bahasa isyarat untuk komunikasi pendakian, serta pembukaan Jambore Difpala 2023 di Puncak Gunung Panderman. 

Jambore Difpala

Jambore Difpala (Difabel Pecinta Alam) bertujuan mendorong peran aktif penyandang disabilitas dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup secara masif dan berkelanjutan, memulihkan keseimbangan ekosostem, kampanye hapus stigma serta mempromosikan upaya penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas sebagai warga negara.

Jambore Difpala atau Difabel Pecinta Alam merupakan even tahunan yang diselenggarakan oleh Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS). Even ini merupakan kegiatan pengembangan dari kegiatan sebelumnya yaitu Longmarch Difabel tahun 2020, Misi Gunung Butak tahun 2020, Hari Disabilitas Internasional 2020 di Puncak Batu Tulis Gunung Kawi, Misi Arjuno Inklusi 2021 dan Kemah Bakti Inklusi tahun 2022.

Waktu pelaksanaan Jambore Difpala tahun 2023 dimulai sejak bulan Januari hingga bulan Juli. Kegiatan dibuka di Gunung Panderman sekaligus untuk memperingati Hari Kusta Sedunia. Keanggotaan bersifat terbuka, calon peserta bisa mendaftar ke panitia dengan syarat dan ketetuan berlaku.

Target peserta, diharapkan terdapat 60 penyandang disabilitas bisa ambil bagian dalam even ini, termasuk orang yang pernah mengalami kusta. Para peserta akan terbagi dalam 6 tim dan enam tujuan pendakian. Beberapa calon lokasi pendakian tersebut adalah Gunung Panderman (2.045 mdpl), Petilasan Eyang Semar Gunung Arjuno (1.870 mdpl), Gunung Malang (1.718 mdpl), Gunung Lorokan (1.100 mdpl), Puncak Buduk Asu (2.000 mdpl)dan Gunung Butak (2.868 mdpl)

 

Kusta dalam Angka

Masih tingginya angka kusta di Indonesia dan stigma yang menyertai, menggerakkan komunitas difabel pecinta alam ini untuk ambil peran dalam kampanye penyadaran publik. Bertepatan dengan Hari Kusta Sedunia, mereka mengemas kampanye tersebut dalam kegiatan mendaki gunung.

Terkait angka kusta, Indonesia masih menempati urutan ke 3 dunia jumlah warganya mengalami kusta setelah India dan Brazil, dengan jumlah sekitar 17 ribu per tahun. Rincinya, pada tahun 2010, Indonesia melaporkan 17.012 kasus baru dan 1.822 atau 10,71% di antaranya ditemukan dengan deformitas atau disabilitas tingkat 2. Angka tersebut menunjukkan bahwa kusta masih memerlukan perhatian yang lebih serius dalam upaya pengendalian penularan, dan stigma sosial yang masih tinggi.

Sementara itu, Dinas Kominfo Jawa Timur tahun 2020 menyebutkan, penderita kusta di Jatim adalah 24% dari penderita kusta di Indonesia. Meskipun demikian, tingkat prevalensi kusta di Jatim mengalami penurunan sebesar 0,8 per 10 ribu penduduk tercatat tahun 2018 sebesar  0,92 menjadi 0,84 pada 2019.

Saat ini, ada 2.668 penderita kusta baru di Jatim dan 3.351 penderita kusta yang masih berobat. Dari 2.668 penderita kusta baru, sebanyak 255 mengalami disabilitas kelihatan akibat terlambat terdeteksi dan sebanyak 194 (7,3%) adalah penderita usia anak.

Khususnya di Malang Raya dan sekitarnya, menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Timur tahun 2021, terdapat 18 kasus kusta di  Kabupaten Malang. Kemudian Kota Malang 20 kasus dan Kota Batu 5 kasus. Selanjutnya di Kabupaten Mojokerto 12 kasus, Kota Mojokerto 4 kasus, Kabupaten Pasuruan 96 kasus, dan Kota Pasuruan 8 kasus. Jumlah keseluruhan kasus kusta di Jawa Timur menurut BPS Jatim mendata di tahun 2021 terdapat 1.890 kasus kusta.

Mengapa mendaki gunung?

Di beberapa wilayah dampingan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) di Jawa Timur, kusta masih dianggap sebagai penyakit kutukan dan aib. Dampaknya, orang yang mengalami kusta tersisih dari lingkungannya.

Tingginya angka kusta di Indonesia juga belum mampu menjadikan masalah ini menjadi isu utama. Hal ini nampak jika dibandingkan dengan isu penyakit lainnya seperti Covid-19, HIV/AIDS, TBC, Kanker dan lainnya. Oleh sebab itu memerlukan ide kampanye yang mampu menarik perhatian publik.

Salah satu ide tersebut adalah mendaki gunung, sebagai sebuah aktivitas yang belum lazim dilakukan oleh difabel terlebih orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Dan bukan kebetulan, anggota Difpala berasal dari berbagai ragam disabilitas termasuk orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK)

Saat ini anggota Difpala berjumlah lebih dari 50 orang, tiga orang di antaranya pernah mengalami kusta. Anggota tim ini berasal dari Malang, Pasuruan, dan beberapa kota/kabupaten di Jawa Timur.

Keikutsertaan OYPMK dalam kegiatan mendaki gunung bersama Difabel Pecinta Alam (Difpala) dimulai sejak tahun 2021 di Puncak Batu Tulis Gunung Kawi. Kegiatan tersebut atas kerjasama NLR Indonesia dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional.

Filosofi Pendakian Gunung Panderman

Gunung Panderman adalah sebuah gunung di Kota BatuJawa TimurIndonesia, dengan puncaknya Basundara yang berketinggian 2.045 mdpl.  Pemilihan lokasi sebagai tempat peringatan Hari Kusta Sedunia sesuai dengan kampanye hapus stigma dan makna nama Gunung Panderman tersebut.

Nama Panderman berasal dari asal kata “Dermo” dalam bahasa jawa berarti ‘sekedar’ Seperti umumnya di Jawa, dulunya gunung sering dijadikan tempat bertapa. Begitu juga dengan gunung Panderman.

Karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari pemukiman dan juga tidak terlalu tinggi dibanding gunung disekitarnya, maka gunung ini hanya ‘sekedar’ digunakan untuk menyepi sejenak, merenungi diri atau dalam bahasa jawa disebut sadermo mandireng pribadi.

Demikian pun bagi para peserta pendakian, khususnya bagi orang yang pernah mengalami kusta, bahwa apapun yang terjadi di dunia ini, termasuk mendapatkan rejeki nikmat sehat dan nikmat sakit, mengalami disabilitas dan lainnya, semua sudah dalam Kehendak Nya. Demikian pula bagi para aktivis kusta, bahwa memperjuangkan hak dan nilai-nilai kemanusiaan adalah jalan hidup dari Tuhan YME.

Harapannya, filosofi pendakian Gunung Panderman di Hari Kusta Sedunia tersebut akan mampu mengikis self stigma dan meningkatkan semangat hidup dan perubahan baik bagi diri dan lingkungan.

 

Video pilihan

Similar Posts

Skip to content