Apa itu Kusta?
Penyakit Kusta / Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Penyakit Kusta merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Mycobakterium leprae. Sumber.
Apa penyebab kusta?
Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin. Sumber.
Bagaimana tanda-tanda kusta?
Tanda-tanda seseotrang dicurigai kusta (suspek kusta):
- Tanda pada Kulit : bercak kulit merah atau putih, tidak gatal, mengkilap atau kering bersisik, kulit yang tidak berkeringat dan atau alis mata rontok, penebalan wajh dan cuping telinga, lepuh atau luka tidak nyeri pada tangan atau kaki.
- Tanda pada Saraf: Nyeri pada saraf tepi, kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak, kelemahan anggota gerak dan atau kelopak mata, disabilitas/deformitas tanpa riwayat kecelakaan, ulkus sulit sembuh. Sumber.
Apa obat kusta?
Kusta dapat diobati dengan obat kombinasi MDT, yaitu pengobatan dengan lebih dari satu macam obat yang sudah direkomendasikan. Kombinasi obat dalam blister MDT diberikan sesuai dengan jenis penyakit, yaitu : Untuk kusta kering, MDT terdiri dari Rifampisin dan Dapson, obat harus diminum sebanyak 6 blister (6 bulan). Sementara Untuk kusta basah, MDT terdiri dari Rifampisin, Dapson, dan Klofazimin yang harus diminum sebanyak 12 blister (12 bulan). Obat MDT diberikan secara cuma-cuma di Puskesmas. Dosis pertama harus diminum di depan petugas puskesmas dan untuk selanjutnya obat diminum sesuai petunjuk dalam blister. Sumber.
Bagaimana jika telat atau tidak rutin minum obat kusta?
Bila Penderita Kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman Kusta dapat menjadi resisten/kebal terhadap MDT, sehingga gejala penyakit menetap, bahkan memburuk. Gejala baru dapat timbul pada kulit dan saraf. Sumber: Permenkes 11/2019 Tentang Penanggulangan Kusta.
Berapa lama penyembuhan kusta?
Untuk penderita kusta kering (pausi basiler), obat harus dikosumsi selama 6 bulan. Sedangkan untuk kusta basah (multi basiler), pengobatan dilakukan selama 12 bulan. Sumber.
Mengapa kusta bisa menyebabkan disabilitas?
Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena disabilitas yang ditimbulkannya. Disabilitas Kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. Semakin lama waktu sejak saat pertama ditemukan tanda dini hingga dimulainya pengobatan, semakin besar risiko timbulnya kedisabilitasan akibat terjadinya kerusakan saraf yang progresif. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan akut fungsi saraf adalah reaksi Kusta. Jika reaksi mengenai saraf tepi akan menyebabkan gangguan fungsi saraf yang akhirnya dapat menyebabkan disabilitas. Sumber: Permenkes 11/2019 Tentang Penanggulangan Kusta.
Bisakah kusta sembuh tanpa disabilitas?
Seringkali penderita kusta datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan terlambat dan dalam keadaan mengalami disabilitas. Padahal, penyakit kusta sebenarnya dapat disembuhkan tanpa harus disertai kecacatan. Kuncinya adalah pengobatan secara tepat dan tuntas. Sumber.
Bagaimana cara penularan kusta?
Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin. Sumber.
Apakah bersalaman bisa tertular kusta?
Seseorang dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari pasien Kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Dengan kata lain, bakteri penyebab Kusta tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah, selain itu bakteri Mycobacterium leprae membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita. Kusta dapat menular jika terjadi kontak dalam waktu yang lama. Kusta tidak menular karena bersalaman, duduk bersama, Kusta tidak menular dari ibu ke janinnya. Sumber.
Berapa lama masa inkubasi bakteri kusta?
Kuman Mycobacterium leprae mempunyai masa inkubasi rata- rata 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila Myobacterium leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh Penderita Kusta dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan Penderita Kusta. Penderita Kusta yang sudah minum obat Multi Drugs Therapy (MDT) tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain. Sumber: Permenkes 11/2019 Tentang Penanggulangan Kusta.
Apa beda kusta basah (MB) dan kusta kering (PB)?
Dalam dunia medis, tidak dikenal adanya istilah kusta kering atau basah, istilah yang lebih umum digunakan adalah istilah tingkatan gambaran kusta berdasarkan gambaran dan jumlah bercak yang dilihat secara langsung serta tingkatan berdasarkan jumlah kuman yang ditemukan pada bercak-bercak tersebut. Untuk mempermudah menentukan diagnosa jenis kusta yang sedang dialami oleh seseorang, secara umum pembagian yang paling umum digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut :
- Pausibasiler, yaitu keadaan dimana jumlah bercak kusta yang ditemukan berjumlah 1-5 buah dimana bercak-bercak tersebut secara kasat mata tampak bersisik dan kering serta dapat dibedakan dari kulit lain yang normal. Apabila dilakukan pemeriksaan bakteri, maka pada umumnya tidak ditemukan adanya bakteri penyebab kusta.
- Multibasiler,yaitu suatu keadaan dimana jumlah bercak kusta yang ditemukan memiliki jumlah lebih dari 5 buah dan secara kasat mata tampak mengkilat dan apabila dilakukan pemeriksaan bakteri, akan ditemukan sejumlah bakteri penyebab kusta pada bercak tersebut. Sumber.
Apakah sama obat kusta basah (MB) dan kusta kering (PB)?
Pengobatan Kusta dengan Multi Drug Therapy (MDT) untuk tipe PB maupun MB. MDT adalah kombinasi dua atau lebih obat anti Kusta, salah satunya Rifampisin sebagai anti Kusta yang bersifat bakterisidal kuat sedangkan obat anti Kusta lain bersifat bakteriostatik. MDT tersedia dalam bentuk 4 macam blister MDT sesuai dengan kelompok umur (PB dewasa, MB dewasa, PB anak dan MB anak). Tata cara minum MDT adalah dosis hari pertama pada setiap blister MDT diminum di depan petugas saat Penderita Kusta datang atau bertemu Penderita Kusta, selanjutnya diminum di rumah dengan pengawasan keluarga. Sumber: Permenkes 11/2019 Tentang Penanggulangan Kusta.
Bagaimana mencegah kecacatan akibat kusta?
Pengobatan MDT dapat membunuh bakteri Kusta, tetapi cacat pada mata, tangan atau kaki yang terlanjur terjadi akan tetap ada seumur hidupnya, sehingga diperlukan perawatan diri secara kontinu agar kecacatan tidak bertambah berat. Perawatan diri pada mata, tangan dan kaki dilakukan oleh penderita kusta seumur hidup dengan prinsip 3 M yaitu Memeriksa, Merawat, dan Melindungi. Penderita Kusta yang telah dinyatakan selesai pengobatan harus tetap dilakukan pemantauan oleh petugas kesehatan untuk menghindari reaksi kusta yang dapat menyebabkan kecacatan. Sumber.