Pelatihan WhatsApp Bisnis Disabilitas

Pelatihan WhatsApp Bisnis Disabilitas: Kolaborasi Polinema dan LINKSOS Dorong Inklusi Digital

2 minutes, 6 seconds Read
Bagaimana pelatihan digital tanpa juru bahasa isyarat bisa tetap inklusif dan memberdayakan penyandang disabilitas Tuli? Inilah yang dilakukan Polinema dan LINKSOS dalam Pelatihan WhatsApp Bisnis Disabilitas di Desa Turirejo, Malang—sebuah kolaborasi unik yang membuka jalan baru bagi kesetaraan dan kemandirian UMKM difabel.
Ken Kerta
Ken Kerta
Founder Lingkar Sosial Indonesia

Malang, 24 Juni 2025 – Tim Dosen Politeknik Negeri Malang (Polinema) bersama Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) menggelar Pelatihan WhatsApp Bisnis Disabilitas. Kegiatan berlokasi di runag PKK Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Sekitar 30 penyandang disabilitas, mayoritas Tuli, yang tergabung dalam UMKM Omah Difabel LINKSOS mengikuti kegiatan ini.

Tim dosen dari Prodi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi Polinema terdiri dari Joni Dwi Pribadi, Shohib Muslim, Nandaru, Izzatul Ulya, Fahmi M. Azzuhri dan Farika Nikmah.

Mereka memberikan dua sesi pelatihan: pembuatan akun WhatsApp Bisnis dan sosialisasi sadar hukum bagi penyandang disabilitas. Tujuan kegiatan adalah memperkuat literasi digital pelaku UMKM disabilitas sekaligus membangun pemahaman tentang hak-hak hukum yang setara bagi semua.

Inklusif Tanpa Juru Bahasa Isyarat

Menariknya, meskipun mayoritas peserta adalah Tuli, pelatihan WhatsApp Bisnis disabilitas ini tidak menggunakan Juru Bahasa Isyarat (JBI). Hal ini dilakukan bukan karena mengabaikan aksesibilitas, tetapi karena tim dosen dan LINKSOS telah merancang model komunikasi yang adaptif dan etis.

“Sebelum kegiatan, kami berdiskusi dengan LINKSOS tentang cara terbaik menyampaikan materi kepada peserta Tuli,” kata Farika Nikmah, dosen yang juga bertugas menampilkan teks ringkasan materi di layar proyektor.

Materi WhatsApp Bisnis,  Joni Dwi Pribadi menyampaikan materi dengan bahasa sederhana. Beberapa mahasiswa Polinema nampak membantu praktik langsung di setiap kelompok peserta.

Sadar Hukum dan Teknologi Penunjang

Sesi kedua adalah edukasi hukum oleh dosen Shohib Muslim. Ia menjelaskan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak hukum yang sama dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam akses pendidikan dan usaha.

Dalam pelatihan ini, beberapa Tuli juga nampak mengunakan aplikasi speech-to-text dan komunikasi tertulis untuk mendukung pemahaman. Komunikator komunitas, Widi Sugiarti, turut mendampingi jika peserta mengalami kesulitan.

“Saya senang karena penyampaian materinya mudah dipahami. Kami merasa dihargai,” ujar Dewi Sulistyowati, peserta pelatihan Tuli.

Kolaborasi Berkelanjutan dan Harapan Pelatihan WhatsApp Bisnis Disabilitas

Pelatihan WhatsApp Bisnis disabilitas ini merupakan bagian dari rangkaian kerja sama berkelanjutan antara Polinema dan LINKSOS. Sebelumnya kedua lembaga ini juga telah menyelenggarakan pelatihan batik tulis inklusif. ((Ciptakan Kemandirian Ekonomi,

Ke depan, LINKSOS akan memfasilitasi pertemuan alumni pelatihan untuk memastikan penggunaan aplikasi WhatsApp Bisnis dalam pemasaran produk. Pemerintah Desa Turirejo juga tengah menjajaki kerja sama dengan Polinema untuk menjadikan desa ini sebagai desa dampingan perguruan tinggi.

“Kerja sama seperti ini perlu terus berlanjut dan menjadi contoh praktik baik inklusi yang bisa direplikasi di tempat lain,” ungkap Widi Sugiarti, Ketua Harian LINKSOS.

Similar Posts

Skip to content