Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) bekerjasama dengan organisasi difabel penggerak inklusi Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) menerapkan program Kemendikbud Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Bentuk kerjasama diantaranya pihak kampus akan menempatkan beberapa mahasiswa untuk magang di Omah Difabel selama 6 bulan.
Kerjasama kedua lembaga tersebut tertuang dalam perjanjian kerjasama Prodi Unikama dan LINKSOS nomor 034/FIP-BK/V.A1/UK-ML/III.2021.
“Sehubungan dengan program Kemendikbud Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada kurikulum perguruan tinggi kami bekerjasama dengan Omah Difabel LINKSOS untuk program kegiatan sosial yang dinamakan proyek kemanusiaan,” ujar Kaprodi Bimbingan dan Konseling Unikama, Leny Latifah, S.Pd, M.Pd., Kons, Rabu 24 Maret 2021 di Omah Difabel, Malang.
Lanjutnya, kegiatan kerjasama proyek kemanusiaan dengan lembaga non perguruan tinggi bertujuan meningkatkan kompetensi mahasiswa Prodi BK Unikama. Diharapkan dengan adanya kegiatan magang, mahasiswa dapat memberikan kontribusi dalam mensukseskan program-program LINKSOS sekaligus dapat belajar langsung ke masyarakat.
Ketua Pembina Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), Kertaning Tyas menyambut baik hal ini. Menurutnya bekerjasama dengan perguruan tinggi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan SDM dalam mendukung program-program kerja organisasi.
“Saat ini kami memiliki 8 Divisi Pelaksana Program dan 10 cabang kemitraan usaha, yang terbuka bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya didalam divisi tersebut, sekaligus memberikan inovasi agar kerja-kerja divisi semakin efektif dan bermanfaat bagi masyarakat,” terang Kertaning Tyas.
Rincinya, 8 divisi tersebut adalah Posyandu Disabilitas, Bengkel Alat Bantu Disabilitas, Sosialisasi Bahasa Isyarat, Humas Pariwisata Gunung Wedon, Timsus Pendaki Gunung, Sekolah Alam Gunung Wedon, Turnamen Catur Difabel, serta Pendidikan Pemilu dan Demokrasi.
Sedangkan 10 cabang kemitraan usaha meliputi produksi telor asin, keset, konveksi, kopi herbal, batik ciprat, dan Topeng Malangan, termasuk dalam rintisan adalah usaha ternak ulat dan bertani jamur tiram.
Delapan divisi pelaksana program dan 10 cabang kemitraan tersebut selain menyasar kepada masyarakat difabel juga secara inklusif melibatkan warga non difabel, tak terkecuali orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang selama ini kerap terpinggirkan dari kehidupan sosial akibat stigma yang masih tinggi.
“Beberapa bidang atau divisi yang kami butuhkan saat ini namun belum tersedia adalah tim Juru Bahasa Isyarat, divisi Perlindungan Sosial, serta divisi Media Komunikasi,” ujar Ken Kerta sapaan akrabnya.
Terangnya, juru bahasa isyarat diperlukan dalam berbagai pertemuan dan even agar bisa diakses oleh tuli. Sedangkan divisi perlindungan sosial berperan melakukan advokasi bagi penyandang disabilitas non produktif dengan hambatan total mobilitas, mereka berhak memperoleh bantuan sosial maupun jaminan kehidupan yang layak dari negara. Divisi media dan komunikasi juga penting untuk peningkatan kualitas layanan informasi dan kampanye media. (admin)