Mengungkap Mistis di Gunung Wedon Lawang

Mengungkap Mistis di Gunung Wedon Lawang

6 minutes, 56 seconds Read
Listen to this article
Kisah mistis seakan lekat dengan cerita pendakian. Bahkan kisah mistis bisa menjadi bumbu agar cerita pendakian menjadi makin seru. Termasuk kisah mistis di Gunung Wedon. 
Ken Kerta
Ken Kerta
Pendiri Difabel Pecinta Alam (Difpala)

Sejak pertama kali mendaki gunung pada tahun 2020, saya sudah bersinggungan dengan hal mistis. Tepatnya di Gunung Wedon, sebuah bukit berketinggian 660 mdpl. Akses mendaki bukit tersebut melalui Dusun Turi, Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Kisah mistis di Gunung Wedon bahkan menjadi bagian topik hangat di media massa1

Menurut KBBI, mistik artinya hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa. Sedangkan mistis artinya bersifat mistik. 

Mengapa kisah mistis seakan lekat dengan kisah pendakian? Sebab akal pendaki sebagai manusia terbatas. Ia tidak banyak tahu tentang situasi gunung. Hanya ada sesama pendaki yang sama-sama tidak paham. Sehingga tak ada yang bisa menjadi referensi. 

Berbeda dengan situasi di desa atau kota. Meski berada di desa/kota yang baru dikunjungi, di tempat tersebut terdapat banyak manusia lainnya yang paham dan bisa menjadi referensi. 

Jadi kunci mistik adalah pada informasi dan pengetahuan. Maka semakin seorang pendaki kaya informasi dan pengetahuan, semakin minim ia mengalami hal mistis.

Mengungkap Mistis di Gunung Wedon Lawang
Widi dan Elin (disabilitas netra) di puncak Gunung Wedon, September 2020

Kisah mistis di Gunung Wedon

Di puncak Gunung Wedon terdapat sebuah tugu, tingginya sekitar satu meter. Saat itu siang hari, ketika saya sampai di puncak dan memegang tugu itu, bau wangi melintas di pernafasanku. Bukan wangi biasa, melainkan wangi parfumnya orang Jawa kuno. 

Lalu ada dugaan, mungkin penunggu Gunung Wedon. Dugaan itu lalu kontras dengan cerita warga sekitar. Gunung Wedon atau ada yang menyebutnya Gunung Medon, artinya ada gunung hantu. Konon di gunung itu ada pocong, genderuwo, pusaka dan ular besar. 

Terlebih saat membaca sejarah. Beberapa literasi menyebut, Gunung Wedon termuat dalam Kitab Negara Kertagama sebagai Wedwawedan. Kitab tulisan Mpu Prapanca itu mengisahkan Prabu Hayam Wuruk berziarah ke Wedwawedan.

Jadi Gunung Wedon berkaitan dengan sejarah Majapahit. Tempat ini dulu dianggap keramat dan dijaga. Maka wajar jika pertama kali saya ke Gunung Wedon disambut dengan aroma wangi parfumnya orang Jawa kuno. Dalam ilmu Jawa, kejadian ini namanya sasmita atau petunjuk. 

Sasmita lainnya adalah temuan beberapa batu bata yang terpendam. Ukurannya lebih besar dari ukuran batu bata saat ini. Batu bata tersebut kami temukan dini hari, setelah malam hari melekan bersama kawan-kawan komunitas Pelestari Purbakala dan Budaya Indonesia (PPBI), Oktober 2021.  

Ukuran lebar batu bata temuan di Gunung Wedon sekitar 30 – 40 cm persegi, dengan ketebalan sekitar 7 cm. Berdasarkan literasi, ini merupakan ciri-ciri batu bata pada zaman Majapahit2

Pengalaman mistis lainnya adalah saat ngecamp pertama kalinya di Gunung Wedon, sekitar bulan Juli 2021. Kami ngecamp hanya dua orang. Saya dan Cakra.

Saat itu Bapak Kepala Dusun Turi, namanya Pak Arifin, secara berkala, sekitar satu jam sekali mengirimkan pesan WhatsApp. “Aman Pak Ken?” bunyi pesannya. Saya jawab: Aman. Pesan yang sama terus ia kirimkan hingga jam 12 malam. Sepertinya ia khawatir dan ingin memastikan keselamatan tamunya. 

Kisah mistis malam itu adalah, sejak waktu isya hingga jam 11 malam, saya merasa banyak orang mendatangi area tenda. Namun tak nampak. Makin lama terasa makin padat dan menyeramkan. Hingga saya memutuskan untuk masuk tenda. 

Di dalam tenda saya berbaring, namun tidak tidur. Sementara Cakra sudah tertidur sejak pukul 09.00. Hingga sekitar pukul 01.00 saya merasa aman, lalu memutuskan untuk keluar tenda. 

Di luar tenda saya melihat asap keluar dari tugu Gunung Wedon. Asap itu menuju arah Gunung Arjuno atau ke barat. Sementara itu arah angin berkebalikan ke arah timur. 

Untuk memastikan ini bukan halusinasi, saya pun membangunkan Cakra untuk memastikan. Jawabnya: Ya pak, arah angin ke timur, tapi arah asap ke barat, ke arah Gunung Arjuno.

Batu kali di puncak Gunung Wedon, konon dulu tempat bertapa, Oktober 2021

Mitos angker Gunung Wedon

Gunung Wedon atau gunung hantu, sarat dengan mitos angker. Konon di gunung itu ada pocong, genderuwo, pusaka dan ular besar. Gunung Wedon juga dimitoskan sebagai puncak Gunung Arjuno yang terjatuh saat dipindahkan oleh Gareng atas perintah Semar. 

Ada juga mitos bahwa di Gunung Wedon ada tanah gatal. Namun tak diketahui pasti posisi tanah itu. Kabarnya, jika ada orang melewati tanah itu, ia bisa sakit gatal, tidak bisa disembuhkan hingga mati.

Kisah mistis dan mitos Gunung Wedon termasuk kearifan lokal. Sebab kerap kali kisah-kisah jaman dulu diciptakan untuk menjaga keharmonisan alam. Contohnya: sumber air yang dikeramatkan sebagai punden. 

Kearifan lokal tidak perlu dibantah, melainkan jika ingin mengubah harus melalui proses edukasi dan proses waktu. Menentang kearifan lokal secara frontal berarti memicu disharmoni alam semesta. 

Untuk itu, saya dan kawan-kawan Difabel Pecinta Alam (Difpala) mengambil langkah selamatan pembukaan di puncak Gunung Wedon. Selamatan artinya kenduri untuk meminta keselamatan kepada Yang Maha Kuasa3.

Pasca selamatan, kami menjadikan Gunung Wedon sebagai Sekolah Alam, pusat pendidikan dan pelatihan penyandang disabilitas mendaki gunung. Saya dan beberapa teman Difabel Pecinta Alam telah menjelajah Gunung Wedon, dari sisi utara, selatan, timur dan barat. Beberapa kali juga ngecamp.

Sejak tahun 2020 berkegiatan di Gunung Wedon, hingga saat ini, semua kegiatan berjalan baik. Mitos sebagai gunung hantu tidak kami tentang, melainkan menikmati saja keindahan alamnya. tak ada insiden bertemu pocong, genderuwo, keris, ular besar maupun tanah gatal. 

agenda rutin REUNI GUNUNG WEDON teaser bhandagiri SDGs Komunitas- mengungkap mistis di Gunung Wedon
Tim Difpala di puncak Gunung Wedon, Juni 2023

Berkah Gunung Wedon

Berkegiatan di Gunung Wedon membawa berkah bagi kami kelompok Difabel Pecinta Alam (Difpala). Saat ini anggota Difpala berjumlah lebih dari 50 orang. Anggota Difpala tak hanya dari Malang, melainkan dari beberapa kota di Indonesia.

Bicara soal disabilitas mendaki gunung mungkin sudah sejak lama ada. Namun jika komunitas disabilitas mendaki gunung yang konsisten, Difpala adalah yang pertama di Indonesia. Maka Difpala kemudian menasional. 

Dari Difabel Pecinta Alam (Difpala) kemudian melahirkan Gugusdepan inklusif berbasis komunitas pertama di Indonesia. JIka biasanya gugusdepan ada di sekolah-sekolah, maka gudep pangkalan Lingkar Sosial Indonesia ini beranggotakan penyandang disabilitas dan non disabilitas yang sudah tidak bersekolah maupun yang tidak pernah mengenyam pendidikan.

Difpala berada dalam naungan organisasi Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS). Organisasi ini bekerjasama dengan Komisi Nasional Disabilitas (KND) dan telah menggelar event nasional beberapa kali. 

Even-even yang telah digelar bersama KND yaitu Jambore Nasional Difpala (Maret 2023), Educamp Inklusif Kemah Bakti II (September 2023), Educamp Gunung Butak (Juni 2023), Educamp Nasional Pramuka Inklusif (Mei 2024), Educamp Putuk Lesung Gunung Arjuno (Juni 2024). 

Educamp Gunung Butak 2023 bahkan menjadi momentum lahirnya gagasan Misi Seven Summits. Misi ini akan mendaki tujuh gunung di wilayah Indonesia. Misi bertujuan mengkampanyekan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. 

Akhir kata, tak akan ada habisnya membicarakan mistis di Gunung Wedon maupun gunung-gunung lainnya. Sebab mistis memang bagian dari hidup manusia di belahan dunia manapun.

Terpenting, kewajiban para pendaki adalah menghargai kearifan lokal, merawat dan menjaga kelestarian alam serta melakukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Salam Lestari! 

Video prosesi pembukaan puncak Gunung Wedon Lawang, 27 Des 2020

  1. Memulihkan Gunung Wedon https://lingkarsosial.org/memulihkan-gunung-wedon/ []
  2. Melihat Struktur Batu Bata Kuno Era Majapahit di Desa Sugihwaras, Jombang https://www.kompas.id/baca/foto/2019/12/12/melihat-struktur-batu-bata-kuno-era-majapahit-di-desa-sugihwaras-jombang []
  3. Difabel LINKSOS Slametan Pembukaan Puncak Gunung Wedon Lawang, 27 Des 2020 https://youtu.be/Tzp0inMBqqg?feature=shared []

Similar Posts

Skip to content