
Sosok tanpa pamrih
Dedikasi hidup Mbah Yongki Irawan iku koyok matahari. Selalu menyinari dan memberi. Tanpa mengharap pamrih. Setiap laku hidupnya, sama seperti ombak. Terus bergerak dan bergelora. Atine jeruhne koyok samudera. Mampu menampung segala badai amarah kehidupan.
Kepeduliannya kepada sesama manusia, sudah diakui setiap orang yang mengenalnya. Jika untuk aktifitas pelestarian seni budaya nusantara, totalitas Mbah Yongki Irawan selalu dibuktikan dengan tindakan. Sudah sering Mbah Yongki nomboki, bahkan rela menggadaikan BPKB sepeda motornya, untuk nutupi biaya sebuah event budaya.
Pernah juga, demi menolong pelaku seni budaya, Mbah Yongki rela menggaidakan sertifikat rumahnya. Dan semuanya itu, Beliau lakukan dengan senyuman sukacita. Tanpa peduli bahwa giginya sudah ompong semua. Tetap bahagia.
Konon, Mbah Yongki bisa memanggil Jin di siang hari. Ini dibuktikan bersama saya dengan bermain Nyai Putut dan Bambu Gila di area Car Free Day di depan Museum Brawijaya Kota Malang. Dan ternyata, itu adalah laku pelestarian budaya nusantara. Bukan memanggil Jin.
Ngajari main Nyai Putut, Bambu Gila, ngajari Tari Topeng, ngajari nggendam, ngajari tenaga dalam, ngajari ngrogo sukmo, ngajari ludrukan, ngajari kalapan, bantengan, jaranan, dan masih banyak sekali ilmu-ilmu yang diajarkannya. Semuanya itu, diberikan dengan sukarela dan tanpa pamrih.
Dan masih banyak lagi keteladanan yang bisa disesep dari Mbah Yongki Irawan. Karena Beliau adalah sosok Guru, yang layak untuk digugu lan ditiru.
Bagi yang kenal dengan Mbah Yongki Irawan, apa kesan yang bisa Sampean rasakan pada diri Beliau?
Beberapa nasehat Mbah Yongki kepada saya yang masih selalu saya ingat: “Kemenangan terbesar adalah mampu mengalahkan diri sendiri. Bukan mengalahkan orang lain. Buatlah garismu lebih panjang, tanpa harus memotong atau merusak garis milik orang lain. Inilah yang disebut dengan menang tanpo ngasorake.”
“Jika kamu mau menekan sedikit ego dan ambisimu, sebenarnya diantara kita hanya ada CINTA dan KASIH SAYANG, dalam berbagai bentuk humor kehidupan. Lalu, untuk apa kita tidak saling berpelukan saja? Dan mari saling menertawai diri sendiri.”
Detik-detik terakhir
Tadi malam mulai jam 20.10 WIB, bersama Mbah Yongki merayakan Hari Ulang Tahun Prof. Djoko Saryono. Bersama Mbah Priyo, Mbah Karjo, Sam Abdul Malik, Bro Taufiq, Sam Ken Kerta, Sam Bambang, Sam Restu Respati, Pak Dwi Cahyono, Sam Winarto Ekram, Pak Eko, dan beberapa dulur-dulur di Huize John Cafe. Kami semuanya menikmati kebahagiaan dan kegembiraan bersama-sama.
Disuguhi penampilan “Rahwana” dari Mas Winarto Ekram. Semuanya bersuka cita dan saling berbagi cerita-cerita. Sambil makan-makan dan guyonan yang penuh kegembiraan. Begitu juga Mbah Yongki, jelas tampak bahagia dan tertawa lepas bergembira.
Namun sekitar pukul 23.10 WIB, Mbah Yongki Irawan tiba-tiba hilang kesadaran dan nafasnya berat. Kami semuanya mencoba memberikan pertolongan kepada Mbah Yongki Irawan. Kemudian datanglah ambulance dari kru Sam Aphan dan Mak Toen. Mbah Yongki sempat dibawa ke RS Hermina Jl Tangkuban Perahu, tetapi tidak ada ruang kamar untuk merawat Mbah Yongki.
Akhirnya, Mbah Yongki dibawa ke UGD RS Saiful Anwar. Mbah Yongki sempat mendapatkan perawatan di UGD Saiful Anwar. Bahkan sempat muntah-muntah berat. Kemudian sempat sadarkan diri. Badannya mulai berkeringat. Saya yang mengantarnya sampai ke UGD sempat bersyukur bahwa Mbah Yongki mulai membaik kondisinya.
Ketika sadar, Mbah Yongki mencari-cari orang-orang. Sempat bertanya kepada saya, “WES, ndi wong-wong?” Saya jawab, “Onok kabeh Mbah. Wong-wong nang njobo kabeh. Sampean istirahat ae wis. Sing tenang. Sampean kecapekan Mbah.” Kemudian Mbah Yongki seperti mau tidur.
Lalu, datanglah rombongan Mbak Dokter Dian dan Sam Kaji Nova. Mbak dokter Dian kemudian membantu mengamati dan merawat Mbah Yongki bersama tenaga medis/ dokter di UGD Saiful Anwar. Saya kemudian keluar dari UGD. Bertemu dengan Sam Kaji Nova dan beberapa dulur-dulur lainnya yang menyusul kemudian.
Beberapa waktu kemudian, saya dengar info dari dalam UGD, bahwa kondisi Mbah Yongki semakin ngedrop dan kritis. Saya masuk lagi ke dalam UGD. Saya melihat beberapa tenaga medis/ dokter berusaha merawat Mbah Yongki dan membangunkan kesadaran Mbah Yongki. Mereka semuanya berusaha dengan segala daya upaya.
Hingga akhirnya, kabar duka itu harus disampaikan. Bahwa tepat pukul 00.32 WIB, hari Selasa tanggal 28 Maret 2023, Mbah Yongki Irawan telah dinyatakan meninggal dunia.
Kami semuanya yang hadir saat itu, tidak bisa lagi membendung kesedihan dan dukacita yang sangat mendalam.
Sugeng tindak Mbahku. Swargo Langgeng. Matur sembah nuwun sanget atas semua pelajaran hidup, pengabdian dan kasih sayangmu kepada semuanya.