Difpala Menggalang Sinergitas Lintas Sektor

Difpala Menggalang Sinergitas Lintas Sektor

2 minutes, 33 seconds Read
Listen to this article

Difabel Pecinta Alam (Difpala) merupakan kelompok pemberdayaan penyandang disabilitas di bidang pelestarian alam dan lingkungan. Kelompok ini di bawah naungan Yayasan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), organisasi difabel penggerak inklusi di Malang, Jawa Timur. Keanggotaan Difpala bersifat inklusif, meliputi penyandang disabilitas dari seluruh ragam termasuk orang yang pernah mengalami kusta, serta masyarakat luas.

 

Difpala bertujuan: (1) Meningkatkan peran aktif penyandang disabilitas dalam kegiatan pelestarian alam dan lingkungan. (2) Meningkatkan kepercayaan diri, pengetahuan dan ketrampilan serta ketangguhan penyandang disabilitas. (3) Membangun ekosistem sosial dan lingkungan hidup yang inklusif. (4) Mengkampanyekan upaya penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas melalui kegiatan pelestarian alam dan lingkungan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Anggota Difpala mendapatkan berbagai peningkatan kapasitas. Yaitu pelatihan-pelatihan guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta ketangguhan. Sehingga dampaknya, para anggota Difpala terbentuk sebagai kader dan motor penggerak organisasi yang tangguh, militan, berdedikasi, beretika serta memiliki berbagai kompetensi.

 

Latar belakang Difpala

Difpala lahir pada bulan Juli 2020, sebagai bentuk kepedulian sosial dan lingkungan yang terdampak Covid-19. Di tengah ketakutan masyarakat terhadap korona, Difpala mengkampanyekan peningkatan imunitas dan adaptasi terhadap pandemi melalui olahraga mendaki gunung. Kegiatan ini juga dikemas sebagai kampanye hapus stigma disabilitas.

Sejak tahun 2020 hingga 2023, Difpala telah mendaki beberapa gunung dan perbukitan. Dimulai dari ketinggian di bawah 1000 mdpl hingga di atas 2000 mdpl. Lokasi pendakian tersebut di antaranya Gunung Wedon, perbukitan Srigading, Gunung Katu, Gunung Arjuno, Gunung Butak, Gunung Panderman, Gunung Lorokan, Gunung Penanggungan, Gunung Malang, Budug Asu, Gunung Kawi dan beberapa lainnya.

Gunung- gunung tersebut berada dalam wilayah Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Blitar. Dengan kata lain, Difpala telah menjelajah beberapa gunung di beberapa wilayah  di Jawa Timur yang mengelilingi Kota Malang.

 

Kesadaran sosial dan lingkungan

Tak hanya mendaki gunung, Difpala juga melakukan kegiatan penghijauan, pembersihan jalur pendakian dari sampah plastik, perawatan situs, merawat sumber air, serta melakukan edukasi pelestarian alam dan lingkungan.

Selama masa pendakian, Difpala melihat berbagai persoalan sosial. Difpala menyaksikan bagaimana anak-anak disabilitas tidak berkesempatan mengakses pendidikan, hak kesehatan yang terabaikan, sulitnya mengakses dunia kerja formal, rentan terdampak bencana alam dan sosial, hidup dalam stigma dan eksklusi sosial, orang dengan gangguan jiwa yang terpasung, dan berbagai persoalan lainnya.

Tak hanya diam, kelompok pemberdayaan ini melalui program Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), melakukan beberapa inisiatif untuk mengatasi. Inisiatif tersebut di antaranya Posyandu Disabilitas, Desa/Kelurahan Inklusi, Satuan Komunitas Pramuka (Sako) Inklusi, UMKM Disabilitas,  Edukasi dan Respon Sosial Tanggap Bencana, serta mengembangkan kelompok kerja pengembangan bakat minat anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).

Selama menjalankan kegiatan, Difpala merangkul lima sektor utama, yaitu Pemerintah melalui Dinas terkait, BUMN dan Swasta, Perguruan Tinggi, Kelompok Masyarakat serta Media Massa. Difpala juga melakukan advokasi kebijakan melalui berbagai koordinasi lintas pemangku kebijakan, di mulai dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. Termasuk adanya kerjasama Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) dan Komisi Nasional Disabilitas (KND) RepubIik Indonesia di bidang advokasi kebijakan dan edukasi masyarakat terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas.

Difpala menyadari bahwa persoalan penyandang disabilitas merupakan masalah sosial, budaya dan kemanusiaan yang memerlukan campur tangan semua pihak. Satu kelompok saja, ataupun satu dinas saja, tak akan mampu mengatasi persoalan apapun termasuk masalah disabilitas. Difabel Pecinta Alam (Difpala) menggalang seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi.

 

(Admin)

Similar Posts

Skip to content