Siang di Kota Malang, tepatnya Sabtu, 12 September 2020 di Gedung Kartini, Jl Tangkuban Perahu Nomor 1, Kauman, Kecamatan Klojen. Dalam pameran dan bazar Hari Pelanggan Nasional Tahun 2020, nampak penulis Novel, Anita dan anak berkebutuhan khusus (ABK) pelukis Jeni berinteraksi secara akrab dengan Walikota Malang Sutiaji dan Ibu Widayati Sutiaji. Kedua difabel tersebut bahkan memberikan cidera mata berupa novel dan lukisan kepada kedua tokoh publik tersebut.
“Even bertajuk Inovasi Layanan Pelanggan di Era New Normal ini diadakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang,” terang Ketua Penyelenggara, Wahyu Eko Setiawan. Lanjutnya, kami dari malanggleerrr.com selaku event organizer sekaligus mendukung penuh upaya Pemkot Malang melalui inovasi lapak online.
Acara ini bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Malang, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Malang, Bank Indonesia wilayah Malang Raya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kota Malang, serta Perusahaan Daerah Rumah Pemotongan Hewan (PD RPH) Kota Malang.
Wahyu Eko Setiawan yang pula sebagai CEO Malanggleerrr.com, menerangkan bahwa lapak online yang dikelolanya, fokus membantu pelaku Usaha Mikro dan Industri Kecil Menengah atau UM dan IKM di Kota Malang,
“Termasuk UM dan IKM yang dikelola kawan-kawan disabilitas,” tandas Sam Wes sapaan akrabnya. Bahkan kami merangkul Lingkar Sosial Indonesia atau LINKSOS, organisasi penggerak inklusi yang selama ini fokus pada pemberdayaan masyarakat difabel di Kota Malang khususnya,” tandas Sam Wes.
Harapan kami dengan adanya kerjasama ini, kelompok difabel bisa terlibat sejak tahap perencanaan, hingga pelaksanaan serta evaluasi setiap program dan even, ini untuk mendorong inklusifitas even secara bertahap. Ini juga berarti difabel berkesempatan berpartisipasi penuh di even-even Malanggleerrr.
“Selanjutnya untuk evaluasi partisipasi difabel dalam even, kami merujuk pada masukan ketua LINKSOS, sam Ken,” tutur Sam Wes. Beberapa masukan diantaranya, yang pertama dari 10 stand yang kami sediakan untuk difabel baru 6 meja yang terisi, maka kedepan sosialisasi kepada kelompok difabel akan kami tingkatkan.
Yang kedua, ragam disabilitas yang bergabung dari Tuli dan disabilitas fisik, belum ada kawan-kawan disabilitas netra, disabilitas intelektual dan disabilitas mental. Ini juga terkait sosialisasi dan peran tim kami untuk meyakinkan difabel bahwa even ini menjamin kesetaraan antar peserta serta memiliki program kerja berkelanjutan. Kemudian yang ketiga adalah belum adanya relawan bahasa isyarat yang bergabung, ini sangat penting mengingat antusias Tuli bergabung dalam even kami.
“Untuk itu, monggo difabel dan non difabel setara, dan juga para pengiat difabel, siapapun ayo bekerjasama, membangun bersama, kerjo bareng, sugih bareng,” pungkas Sam Wes. (Ken)