Karya: Anita FN Sunardi
Siang yang redup. Angin sepoi, kadang sanggup menerbangkan beberapa daun kering pohon Akasia yang tertancap di sisi adimarga. Lewat daun jendela kamar, sengaja aku tebar pandangan menikmati lalu lalang kendaraan.
Letak kamar ini hanya dua puluh lima meter, jaraknya dari jalan raya. Sehingga, bising mesin kendaraan sangat jelas terdengar. Juga debu berhamburan tertempa angin lalu. Untuk beberapa saat diri ini bergeming.
Suasana asrama tak pernah berubah. Pun kenanganku. Meski berulang kali, ingin rasanya kularutkan memori itu. Meleburkannya hingga tiada tersisa. Tapi sungguh, ia terlampau lekat dalam ingatan. Kuhela nafas panjang, membuang sejenak beban menggelayut di palung rasa.
“Maaf, agak lama kutinggal.”
Suara Yunita memecah lamunan. Aku menoleh ke arah asal suara sambil tersenyum. Entah, berapa lama dia telah ada di belakang dengan kursi rodanya. Gadis manis itu balas tersenyum.
“Nggak papa. Habis makan siang, ya?” gumamku.
“Iya. Mbak nggak makan?” Yunita membalas
“Udah. Tadi sebelum berangkat ke sini nyempatin makan dulu.”
Kuhempaskan pantat di sisi ranjang, mengikuti Yunita. Yang lebih dahulu naik dan bersandar di dinding pojok tempat tidurnya. Menatap sejenak wajah adik kelasku itu, yang sejak kali pertama masuk asrama telah menjadi sahabatku. Yunita sosok lugu. Ramah dan supel dalam bergaul. Tak butuh waktu lama untuk jadi akrap. Bersahabat dengan pemilik rambut sebahu dan satu tahilalat di ujung bibir atas tersebut.
“Apa kabar kamu, hari ini?”
tanyaku sesaat lalu. “Terakhir kita chating tiga hari lalu, kan?”
“Seperti yang Mbak lihat,” jawab Yunita tersenyum riang. Matanya berbinar indah. Tak pernah berubah.
“Udah lama nggak ke sini, Mbak Rara. Meski kita selalu nyempetin bertukar kabar melalui Medsos,” ujarnya seraya membenahi posisi duduk.
Aku terdiam.Dua tahun, rasanya belum cukup meleburkan memori itu. Sekali lagi, kupandangi wajah manis sahabaku itu. Lalu beralih menatap satu titik di dinding kamar. Pikiran ini menelusup. Menembus lorong waktu.
Suatu siang hampir menjelang senja.
Di kamar ini juga, Yunita membeberkan satu kenyataan pahit yang harus kuterima. Sepahit empedu, tersesapi hingga palung rasa. Diam, melumuri impian yang mulai ranum. Menggilas separit harapan, mengalir di pematang jiwa. Membuatnya keruh tak berharga.
* * * *
“Mbak, maaf. Mbak Rara terlambat.”
Mendengar ucapan Yunita, diri ini hanya bergeming.
“Apa maksud kamu, Nita?”
Ada napas berat terhempas dari hidung mungilnya. Kutatap lekat-lekat wajah manisnya, yang kini sedikit tertunduk. Ada kesedihan terbias di sana.
“Mbak, Kak Ardi sudah punya kekasih.”
Kata-kata itu kudengar bagai petir menyambar di telinga. Jelas, membuat segores luka di kalbu paling dalam. Tak mampu berucap apa pun. Hanya tetes bening terasa mengalir dari sudut mata. Aku tertegun. Luluh di hadapan Yunita.
* * * *
Air mata yang kala itu harus tumpah tanpa aku sadari. Dan perih rasa masih tersemat di benakku. Hari ini pun, kembali terasa. Tetap tak berubah. Sesaat Yunita menepuk lembut punggung telapak tangan kananku. Membuyarkan lamunan.
“Melamun Mbak?”
“Enggak,” jawabku terkesiap. Tersenyum tipis menutupi kegugupan. Kutarik napas panjang dan melepaskannya perlahan. Menoleh ke samping, mendapati Yunita tengah menatap lekat. Namun tetap saja, pikiran ini melayang. Menghampiri lekukan kenangan yang masih terasa jelas menggelayut di benakku.
* * * *
Tergambar nyata, sang senja mulai merangkak mendekati hari. Merah saga yang biasanya tampak indah. Dengan garis pesona menawan. Hari ini terlihat muram dan terasa hambar. Tiada bias keindahan terpantul di sana. Hanya gumpalan awan berarak terbawa arah angin.
“Kamu serius, Nita?” tandasku dengan nada tak percaya. Yunita mengangguk keras. Membuatku semakin terduduk lemas di hadapannya. Tatapannya tampak iba.
Perlahan namun pasti, rasa kecewa itu menjalar hingga rongga dada. Kudongakan kepala, menatap langit-langit kamar asrama. Ada tetes bening di sudut mata, yang ingin aku tahan jatuhnya. Tapi akhirnya ia pun luruh.
****
Bersambung….
Lihat Etalase Anita di https://www.malanggleerrr.com/store/etalase_anita/