
Pada 1 Maret 2025, Lilie dan Elsa, dua wanita yang telah lama menorehkan prestasi di dunia pendakian, meninggal dunia saat mendaki Puncak Carstensz di Papua. Keduanya mengalami kondisi cuaca ekstrem yang menyebabkan hipotermia saat sedang dalam perjalanan turun dari puncak. Kejadian ini menjadi pelajaran pahit bahwa alam, dengan segala keindahannya, juga menyimpan tantangan yang harus dihadapi dengan penuh kewaspadaan.
Meskipun keduanya telah menunjukkan kecintaan yang mendalam terhadap alam, insiden ini mengingatkan kita bahwa semangat berpetualang harus disertai dengan persiapan yang matang serta penerapan standar keselamatan yang ketat.
Kisah inspiratif Lilie dan Elsa: semangat tak terbatas usia, dedikasi dan persahabatan
Lilie, yang dikenal dengan julukan “Mamak Pendaki” melalui akun Instagram-nya, telah menaklukkan berbagai gunung ternama seperti Semeru, Rinjani, dan tentu saja Puncak Carstensz. Meskipun memasuki usia 60 tahun, semangatnya untuk mendaki tetap membara dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.1
Begitu pula dengan Elsa, sahabat karib Lilie sejak masa sekolah, yang juga aktif dalam dunia pendakian dan telah menjalani profesinya sebagai dokter gigi. Kedua sosok ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap alam tidak mengenal batasan usia.
Kisah mereka juga mencerminkan nilai-nilai persahabatan dan solidaritas. Persahabatan yang terjalin sejak lama antara Lilie dan Elsa membawa mereka untuk terus bersama-sama menaklukkan berbagai rintangan alam. Mereka memberikan contoh bahwa dukungan dan kebersamaan sangat penting dalam menjalani petualangan.
Difabel Pecinta Alam (Difpala), komunitas disabilitas pendaki gunung pertama di Indonesia, mengambil kisah Lilie dan Elsa sebagai inspirasi semangat, dedikasi, persahatan, serta pelajaran terkait mitigasi risiko pendakian.
“Hormat dan kagum atas kecintaan dan dedikasi mereka yang luar biasa pada alam dan pendakian di usia yang tak lagi muda. Pesan untuk Difpala dan semua pendaki gunung, tetap berdedikasi dalam melestarikan dan mencintai alam sekitar.” (Kikin Tarigan, Komisioner KND, Anggota Kehormatan Difpala)
Pelajaran yang Dapat Diambil dari kisah Lilie dan Elsa
Kecintaan pada alam harus diseimbangkan dengan kewaspadaan. Walaupun kecintaan terhadap alam adalah sumber inspirasi dan kebahagiaan, tragedi ini mengajarkan bahwa setiap pendakian harus dilaksanakan dengan perencanaan dan persiapan yang optimal.
Pertama perencanaan matang, yaitu selalu memeriksa prakiraan cuaca dan kondisi medan secara berkala. Kedua perlengkapan yang tepat, yaitu menyiapkan pakaian dan peralatan yang sesuai untuk menghadapi kondisi ekstrem. Dan ketiga, pelatihan dan keterampilan: menguasai teknik pendakian serta pertolongan pertama untuk situasi darurat.
Pelajaran penting lainnya adalah penerapan standar keselamatan dan mitigasi risiko. Kejadian Lilie dan Elsa ini menjadi pengingat bahwa standar keselamatan tidak boleh diabaikan. Mitigasi risiko, seperti evaluasi berkala terhadap kondisi cuaca dan kesiapan mental serta fisik, adalah langkah penting untuk menghindari tragedi serupa.
Implikasi untuk Difpala dan Misi Disability Seven Summits Indonesia (D Summits)
Komunitas Difpala, yang tengah mengusung misi Disability Seven Summits Indonesia (D Summits), dapat mengambil dua pelajaran utama dari kasus Lilie dan Elsa:2
- Inklusivitas dan Semangat Tak Terbatas Usia
Misi D Summits menunjukkan bahwa semangat mendaki tidak terbatas pada kondisi fisik atau usia. Dengan persiapan yang tepat, pendakian gunung dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Inspirasi dari kisah Lilie dan Elsa semakin memperkuat tekad bahwa setiap individu berhak merasakan keindahan alam. - Kepatuhan terhadap Protokol Keselamatan
Mengingat medan pendakian yang seringkali tidak menentu, penerapan standar keselamatan dan mitigasi risiko harus menjadi prioritas utama. Difpala, dalam setiap misi pendakiannya, diwajibkan untuk selalu menyiapkan diri secara maksimal, mulai dari aspek perlengkapan, pelatihan, hingga evaluasi kondisi cuaca secara real time.
Kesimpulan
Kisah tragis Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono mengajarkan bahwa meskipun kecintaan terhadap alam merupakan anugerah yang luar biasa. Selain itu kesadaran akan risiko dan penerapan standar keselamatan yang ketat adalah kunci untuk menjaga nyawa.
Bagi Difpala dan para pendaki lainnya, misi mendaki seperti Disability Seven Summits Indonesia bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang belajar untuk selalu menghormati dan bersikap bijaksana terhadap alam.
Semoga pelajaran dari kisah ini, bersama dengan pesan belasungkawa yang menginspirasi, dapat memotivasi kita semua untuk terus berpetualang dengan semangat tinggi dan kesiapan yang maksimal.