Awal mula para difabel berolahraga dan berlatih mendaki. Selanjutnya mereka terpanggil untuk merawat Gunung Wedon melalui kegiatan penghijauan.
Gunung Wedon kini nampak dengan wajah baru. Pada bagian puncak yang sebelumnya ditumbuhi semak belukar kini bersih. Nampak pula plang bertuliskan Gunung Wedon dalam huruf alphabet dan aksara Jawa, serta informasi ketinggian 660 mdpl.
Mereka adalah anggota Divisi Kepemudaan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) Pokja Pemuda. Aksi difabel merawat Gunung Wedon ini sejak Juli 2020. Dimulai dari silaturahmi dengan masyarakat, berkoordinasi dengan Pemerintah Desa setempat, hingga kegiatan olahraga pendakian dan penanaman bibit pohon.
Mendirikan Posko Pendakian
Khususnya terkait olahraga pendakian, LINKSOS mendirikan Posko Pendakian Gunung Wedon yang berlokasi di salah seorang rumah warga. Mereka juga mengembangkan Sekolah Alam Gunung Wedon sebagai pusat pendidikan dan pelatihan difabel mendaki gunung. Terdapat pula Timsus Pendaki Difabel, alumni sekolah alam.
Berbagai kegiatan tersebut atas kerjasama LINKSOS dan Pemeritah Desa Turirejo yang termuat dalam Surat Keterangan Domisili Kegiatan Nomor 467/35.07.25.2009/2020.
Misi Lingkar Sosial Indonesia dalam kegiatan ini selain memanfaatkan Gunung Wedon sebagai wahana peningkatan kemampuan olahraga bagi difabel, juga mengembalikan fungsi gunung sebagai rumah bagi tanaman dan satwa liar, sumber oksigen, tandon air, serta fungsi-fungsi alamiah lainnya.
Melihat lebih dekat Gunung Wedon
Gunung Wedon merupakan sebuah bukit yang terletak di Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Tempat ini menyimpan misteri baik dari sisi mistis yang diyakini sebagian masyarakat setempat seperti adanya ular besar penunggu keris, dan tanah gatal maupun kisah masa lalu yang termuat dalam kitab kuno.
Dari berbagai sumber, dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca, Hayam Wuruk mengunjungi beberapa tempat di daerah Singosari tahun 1359 M, termasuk diantaranya Wedhwa-wedan, yang pada saat ini diidentifikasi sebagai Gunung Wedon.
Dituliskan bahwa Hayam Wuruk bermalam di Gunung Wedon saat berziarah kepada para leluhurnya. Hanya saja tidak disebutkan siapa para leluhur yang didharmakan di Gunung Wedon tersebut. Sangat disayangkan tidak ditemukan situs-situs peninggalan baik berupa arca-arca, candi, maupun prasasti yang memperkuat informasi.
Kondisi saat ini, sebagian lereng Gunung Wedon nampak gundul akibat penebangan liar. Menurut informasi warga setempat sebelumnya sekira tahun 1970-an bukit tersebut memuat banyak tanaman buah seperti juwet, kersen dan jambu monyet, serta satwa liar diantaranya ular dan monyet.
Tanggapan dan harapan masyarakat
“Kegiatan kawan-kawan difabel LINKSOS di Desa ini memberikan manfaat utamanya dalam bantuan perawatan Gunung Wedon,” tutur warga setempat, Rokim (47 tahun), Minggu, 27 Desember 2020 di kediamannya. Mereka ada difabel yang merawat Gunung Wedon.
Lanjutnya, untuk itulah secara pribadi saya mendedikasikan tempat tinggal sebagai Posko Pendakian Gunung Wedon untuk memudahkan aktivitas kawan-kawan.
Secara dukungan Pemerintah Desa, saya juga menbantu menghubungkan Lingkar Sosial dan Pak Ken agar terhubung dengan perangkat desa Turirejo ketika itu.
“Sekira tahun 90-an dan sebelumnya, saat Gunung Wedon masih asri, kerap digunakan untuk kegiatan olahraga, pramuka, maupun rekreasi, baik oleh anak-anak sekolah maupun masyarakat umum,” kenangnya.
Maka kegiatan tanam pohon kerjasama LINKSOS dengan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Malang, belum lama (10 Desember 2020), bisa berkelanjutan dan memulihkan kondisi gunung tersebut.
Harapan untuk pemberdayaan masyarakat
Harapan kami lainnya, LINKSOS akan mengembangkan kegiatan di desa ini, tak hanya olahraga saja melainkan pemberdayaan ekonomi masyarakat, sesuai potensi sumber alam yang ada.
“Selama ini warga yang bertani di sekitar Gunung Wedon menghasilkan hasil tanam gadung, ketela pohon, alpukat, duren, mangga dan lainnya, namun belum ada inovasi pengolahan sehingga saat panen harga murah,” ungkap Rokim. (Ken)