Balada Ezra Penyintas Epilepsi Pendaki Gunung

3 minutes, 37 seconds Read
Ezra seorang pemuda dengan epilepsi mengubah hidupnya dengan mendaki gunung.
Ken Kerta
Ken Kerta
Penulis

“Saya sudah di-lockdown oleh Ibuku sejak sebelum corona sebab epilepsi, tidak boleh bekerja disuruh di rumah saja,” tutur Ezra Juniawan Roma (29 tahun), Kamis, 24 Desember 2020 di Omah Difabel Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Namun sejak bergabung di LINKSOS kehidupan berubah, hidup lebih berguna, saya menjadi pelatih membuat keset dan pelatih olahraga mendaki gunung bagi teman-teman difabel.

Mencari jati diri

Ezra sapaan akrabnya, tinggal di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, menuturkan mengalami epilepsi sejak tahun 2014. Sejak itu ia merasa kehidupan menjadi sangat terbatas. Baik dari sisi aktivitas ekonomi maupun sosial. Sejak mengalami epilepsi, meski dilarang ibunya melakukan aktivitas, ia masih nekat berjualan cilok, bekerja di pabrik ban, dan menjadi kenek truk. Ia juga telah berupaya berobat selain di Puskesmas juga di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.

“Tak ada pekerjaan yang bisa lama ditekuni, rerata dua bulan sudah berhenti, sebab resiko bagi saya adalah mengalami kekambuhan saat kelelahan,” terang Ezra. Sedangkan tak semua orang tahu tentang epilepsi, sehingga tak mengerti apa yang harus dilakukan ketika ada kekambuhan. Pernah suatu saat lagi duduk-duduk bersama beberapa orang di pos jaga RT, tiba-tiba saya roboh dan kejang. Menurut kesaksian orang-orang saat itu mereka buyar, takut dan tak tahu apa yang harus dilakukan, hingga akhirnya saya tersadar dengan sendirinya.

Lalu ada pekerjaan yang bisa bertahan selama satu tahun, yaitu sales selang kompor gas. Pekerjaan ini yang kemudin mempertemukan saya dengan Pak Ken dan LINKSOS, tahun 2018.

Lanjutnya, Pak Ken saat itu saya kenal sebagai Ketua RT 10, saya menemui beliau saat minta ijin untuk promosi selang ke warga. Dari perkenalan itu hubungan meningkat baik, saya sebagai pemuda RT setempat berlanjut dapat tugas sebagai Ketua Panitia Hari Kemerdekaan RI.

Dari situ saya mulai banyak belajar, dan mulai paham bahwa Pak Ken bukan hanya sekedar Ketua RT, tapi juga penggerak organisasi sosial. Dari beliau juga saya kemudian belajar tentang disabilitas.

Penyandang Disabilitas dalam pengetahuan yang saya pahami dari penjelasan Pak Ken adalah orang yang mengalami hambatan fisik, intelektual, mental, dan sensorik dalam jangka waktu lama, sehingga mengalami hambatan partisipasi sosial. Dari informasi ini lalu saya menyimpulkan, bahwa diri ini termasuk penyandang disabilitas.

Aktif di Lingkar Sosial

“Bertahap saya adaptasi masuk kegiatan LINKSOS, beberapa kali saya ingin ikut kegiatan Pak Ken namun batal, persoalannya saya bangun kesiangan, jadi ditinggal,” kenang Ezra. Perjuangannya ya dimulai dengan tidak begadang agar bisa bangun pagi-pagi, juga wajib mandi dan berpakaian pantas.

Akhirnya berhasil, pertama kali saya ikut kegiatan LINKSOS, Kamis, 15 Agustus 2019, dalam acara Semiloka Pembangunan Inklusif Disabilitas, di Desa Pakisaji, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.

ezra
Ezra melatih penyandang disabilitas membuat keset

Kegiatan terus berlanjut, saya juga bergabung dalam Posyandu Disabilitas Desa Bedali sejak diresmikan tanggal 5 Desember 2019. Mulai saat ini juga saya semakin belajar banyak hal, mulai dari pengetahuan organisasi hingga keterampilan membuat keset, membuat batik ciprat, serta belajar bergaul secara lebih luas, misalnya menjadi Panitia Turnamen Catur Difabel se-Jawa Timur, November 2019.

Saya juga diajak Pak Ken untuk pertama kalinya merintis olahraga pendakian gunung, ketika itu kami survei Gunung Wedon, bulan Juli 2020, sebuah bukit di Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Tingginya sekira 660 mdpl, namun terus menanjak sehingga cocok untuk lokasi berlatih hingga saat ini.

“Saat ini di LINKSOS saya dipercaya sebagai Pelatih Keterampilan Keset, juga Pelatih Difabel mendaki gunung di Sekolah Alam Gunung Wedon,” terang Ezra.

Saya melatih membuat keset bagi difabel dan orangtua difabel anggota Posyandu Disabilitas. Atau melatih siapa saja sesuai perintah LINKSOS, termasuk melatih kawan-kawan yang pernah mengalami kusta dari Kabupaten Pasuruan, belum lama.

Sebuah keputusan

Bagi saya bergabung di LINKSOS itu sangat bermanfaat dan menyehatkan. Tahun lalu, 2019 sebelum saya aktif di LINKSOS, epilepsi saya bisa kambuh tiga kali setiap bulannya. Namun pada tahun 2020 ketika saya full aktif dengan berbagai kegiatan, Alhamdulillah nggak pernah kambuh.

Kegiatan mendaki gunung itu terapi alam bagi epilepsi yang saya alami. Kalau dulu ketika saya capek kerja itu bisa kambuh, tapi capeknya mendaki gunung itu beda, badan semakin bugar dan sehat, pikiran pun senang.

Berkali-kali saya mendaki Gunung Wedon, terutama mendampingi anggota baru pendakian, juga merintis jalur pendakian. Pernah juga mendaki Gunung Banyak di wilayah Kota Batu. Namun saya belum bisa ikut teman-teman Timsus Pendaki LINKSOS ke Gunung Butak dan Gunung Kawi sebab harus merawat Ibu sakit.

“Cita-cita saya ingin mendirikan pabrik keset, yang bekerja adalah kawan-kawan difabel, juga kusta (orang yang mengalami kusta),” unkap Ezra. Kalau soal bergabung di LINKSOS saya akan disini selamanya, pungkasnya.

Similar Posts

Skip to content