Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Sidoarjo membuat workshop kreativitas untuk tujuan membuktikan kepada masyarakat bahwa potensi, bakat dan minat anak ABK bisa dioptimalkan. Selain diramaikan oleh pameran foto karya ABK, workshop juga diisi oleh ulasan para pakar terkait tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.
“Selama ini, sebagian orang sering memandang rendah potensi Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK,” tutur Ketua yayasan, Dr. Sawitri Retno Hadiati, dr., MQHC, dalam sambutan acara, Ahad, 15 Maret 2020 di Ruang Kuliah Anatomi Fakultas Kedokteran UNAIR.
Padahal setiap anak adalah spesial. Bahkan setiap manusia yang diciptakan pasti memiliki potensi maupun kelebihan, tandasnya.
Dalam workshop tersebut Yayasan Peduli Kasih ABK juga memberikan beasiswa kreatif kepada dua ABK terpilih, yaitu M. Alif Wahyu dan Ryan Dwi. Nominasi tersebut berdasarkan hasil seleksi, komitmen, dan kerjasama orangtua.
“Beasiswa yang diberikan bukan berupa uang, tapi berupa fasilitas, tahun lalu senilai 250 ribu, sekarang senilai 500 ribu” tegasnya.
Lebih lanjut, Sawitri juga memberikan ganbaran umum tentang Yayasan Peduli Kasih ABK yang ia pimpin. Bahwa ia mendirikan yayasan atas dasar pengalaman pribadi, dan tidak berbayar alias gratis, dengan harapan dapat dijadikan sebagai wadah bagi sesama orangtua beserta ABK agar bisa bertemu dengan pejuang sesamanya. Saat ini sudah ada tiga cabang yayasan (Surabaya, Sidoarjo, dan Mojokerto) yang biasanya digunakan untuk berbagai berkegiatan, seperti pelatihan fotografi, menyanyi, menari, dan lainnya.
Senada disampaikan Dekan Fakultas Kedokteran UNAIR, Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U(K), sepakat bahwa potensi ABK yang harus dioptimalkan untuk menciptakan generasi yang mandiri dan mampu secara finansial.
“Buktinya adalah karya-karya foto ABK ini, menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki bakat, minat dan potensi yang layak dikembangkan,” ujar Soetojo mengapresiasi.
Karya yang dimaksud adalah galeri fotografi, hasil kerjasama Yayasan Peduli ABK dengan LPK yang sengaja dipamerkan untuk dapat dinikmati peserta workshop. Foto-foto tersebut bisa dibeli pengunjung seharga 5000 rupiah, yang profit penjualannya langsung diberikan kepada ABK yang berkarya.
Ulasan para pakar terkait tumbuh kembang ABK
Workshop Kreativitas yang berdurasi selama 8 jam itu dihadiri oleh 247 peserta, mulai dari terapis, guru sekolah, akademisi, maupun pemerhati ABK. Adalah Roby Susanto, S.Psi., M.Psi, seorang psikolog, konselor, sekaligus hypnotherapis, dengan ulasan seputar cara menggali dan mengarahkan bakat dan minat ABK. Dilanjutkan sosialisasi tentang deteksi dini gangguan THT oleh Dr. Nyilo Purnami, dr., Sp.T.H.T.K.L(K) dan rekannya.
Juga tak kalah menarik materi seputar cara meningkatkan fokus dan konsentrasi ABK, disampaikan seorang okupasi terapis Rs. Haji, Fajar Suryani, STr.Kes.
Materi ini juga mencakup tentang peran orangtua, ABK harusnya tidak hanya dibuat senang saja, tapi minatnya juga harus digali lebih lanjut dan diarahkan, itulah poin utama yang harus dicari dalam rangka mempersiapkan ABK untuk mandiri secara finansial.
Acara ditutup dengan talkshow yang disampaikan oleh Instruktur Fotografi LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) Peduli Kasih ABK, Bapak Dody S. Mawardi. Dikatakannya, aktivitas fotografi itu dapat digunakan sebagai terapi visual dan kognisi dari ABK.
“Kegiatan fotografi sekarang bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, bukan barang mewah. Nah sekali lagi, disinilah peran utama orang tua ABK dibutuhkan agar potensi, bakat, dan minat yang dimiliki ABK dapat berkembang secara optimal,” tandas Dody.
Tidak mau kalah, ABK dan orangtuanya juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Mereka menyanyi bersama. Satu lagu berjudul “Hanya Rindu” sempat mewarnai kebanggaan dan keharuan peserta. (derakhu)
Pers Rilis: Yayasan Peduli Kasih ABK Sidoarjo
Editor: Ken