
Lawang – Sebanyak delapan anggota Difabel Pecinta Alam (Difpala) mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Educamp Agni pada 1-2 Februari 2025 di Gunung Wedon, Lawang. UKT ini menguji kemampuan pendaki disabilitas secara menyeluruh, mulai dari teori, praktik, hingga kesiapan mental dan logistik.
“Bagi Difpala, ini adalah UKT pertama sejak organisasi berdiri pada 2020,” kata Widi Sugiarti, Anggota Pendiri Difpala. Menurutnya, kurikulum dan UKT membantu mengukur kemampuan anggota dengan lebih jelas.
Namun, ia juga menyoroti perlunya peningkatan disiplin waktu. “Beberapa anggota sering terlambat dalam kegiatan organisasi, tetapi mereka paling bersemangat saat ada pendakian ke gunung-gunung yang beum pernah ia daki. Ini menunjukkan bahwa kesadaran untuk berkontribusi terhadap alam dan keberlangsungan organisasi masih perlu ditingkatkan,” ujarnya.
Mendaki gunung bagi difabel bukan soal unjuk kehebatan, tetapi tentang persiapan fisik, mental, dan logistik. UKT Educamp Agni memastikan setiap pendaki memiliki kemampuan yang cukup sebelum melakukan ekspedisi.

Ujian Teori dan Praktik UKT Educamp Agni
Peserta menjalani ujian teori yang mencakup sejarah Difpala, visi, misi, tujuan, multi mitigasi, dan patsal keselamatan. Mereka juga mengikuti ujian praktik, seperti bongkar pasang tenda, penggunaan kompor portabel, dan pengecekan kesiapan peralatan. Selain itu, peserta harus menyelesaikan praktik penghijauan sebagai bagian dari tanggung jawab lingkungan.
Siswa Agni wajib memiliki perlengkapan pendakian standar, seperti sepatu gunung, ransel, tumbler, trekking pole, dan jas hujan. Selain keterampilan teknis, tim penguji juga menilai disiplin waktu, semangat belajar, konsistensi, kesadaran penghijauan, serta kepedulian sosial peserta.
Dengan adanya kurikulum dan UKT Educamp Agni, Difpala berharap pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran lingkungan para anggotanya semakin berkembang.

Tim Penguji dan Peserta
Para pembina Difpala menjadi tim penguji dalam UKT Educamp Agni, yaitu Ken Kerta, Widi Sugiarti, Sumiati, dan Fuji Rahayu. Selain itu, penguji lainnya dari bidang kurikulum Cakrahayu Arnavaning Gusti, serta pelatih bahasa isyarat Achan Muhammad Hasanudin.
Delapan peserta yang mengikuti UKT Educamp Agni adalah:
- Bobi Habibi
- Dyan Ananda Putri
- Wahyudi Prapanca
- Ezra Juniawan
- Elin Agustri Rahayu
- Kholilurohman
- Muhammad Zulfikar
- Cakrahayu Arnavaning Gusti

Kurikulum Difpala
Difabel Pecinta Alam (Difpala) adalah kelompok disabilitas pendaki gunung pertama di Indonesia. Sejak berdiri pada 2020, mereka tidak hanya mendaki, tetapi juga aktif dalam penghijauan dan pemberdayaan masyarakat. UKT Educamp Agni menjadi bagian dari sistem pelatihan mereka untuk mencetak pendaki yang bertanggung jawab.
Difpala merupakan unit pemberdayaan disabilitas Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) yang bergerak di bidang pelestarian alam dan lingkungan. Berbasis di Malang, Jawa Timur, Difpala memiliki dua tujuan utama. Pertama, mencetak pribadi yang tangguh, terampil, berkarakter, dan berwawasan lingkungan. Kedua, berkontribusi dalam pelestarian alam.1
Kurikulum Difpala terbagi dalam empat tingkatan, yaitu:2
- Agni – Bermakna semangat. Anggota tingkat Agni belajar sejarah Difpala, visi, misi, tujuan, multi mitigasi, patsal keselamatan, serta pengenalan tenda dan kompor portabel. Mereka juga mulai memahami pentingnya penghijauan.
- Bakti – Bermakna pengabdian. Anggota tingkat Bakti berlatih memasang tenda dan kompor portabel, pertolongan dasar, dan kepramukaan.
- Caraka – Bermakna utusan. Anggota tingkat Caraka mendalami kepemimpinan, serta melakukan survei dan mitigasi risiko.
- Darma – Bermakna kebajikan. Anggota tingkat Darma bertanggung jawab dalam pengorganisasian masyarakat dan praktik bina komunitas di desa masing-masing.
Melalui UKT Educamp Agni, Difpala terus mengembangkan sistem pembelajaran yang memastikan anggotanya tidak hanya memiliki keterampilan mendaki, tetapi juga kepedulian terhadap alam dan komunitas mereka.