Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) adalah pusat pemberdayaan disabilitas yang berkedudukan di Malang, Jawa Timur. Masyarakat juga mengenal organisasi ini sebagai penggerak inklusi disabilitas. Dalam setiap kegiatannya, pasti melibatkan penyandang disabilitas dan non disabilitas1.
Tak hanya itu LINKSOS juga melibatkan pentahelix, yaitu Pemerintah, swasta, akademisi, kelompok masyarakat dan akademisi. Uniknya, pelibatan pentahelix ini kerap kali diawali oleh inisiatif LINKSOS. Konretnya, LINKSOS membuat even lalu menghadirkan pentahelix2.
LINKSOS sukses dengan beberapa program inklusi disabilitas. Program-program itu diantaranya Posyandu Disabilitas, Difabel Pecinta Alam dan UMKM Omah Difabel. Kiat suksesnya adalah totalitas dalam inklusi disabilitas.
Inklusif sejak lahir
LINKSOS bergerak inklusif laahirnya pada tahun 2014. Hal ini ditandai oleh filosofi nama dan lambang organisasi.
Makna nama Lingkar Sosial Indonesia. Makna Lingkar Sosial adalah lingkaran aktivitas yang berisi aktor-aktor sosial. Sedangkan Indonesia memberikan makna kebangsaan dan menunjukkan visi akan menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Uniknya, nama Lingkar Sosial juga tidak memuat istilah disabilitas. Sebab sesuai tujuan organisasi saat itu adalah membantu masyarakat marginal dan yang mengalami disfungsi sosial. LINKSOS kemudian fokus pada isu disabilitas sebab permintaan sebab kebutuhan lingkungan.
Selanjutnya lambang organisasi. Lambang LINKSOS berbentuk animasi orang berangkulan dan melingkar. Maknanya sesuai dengan makna nama organisasi yaitu lingkaran aktivitas yang berisi aktor-aktor sosial.
Organisasi disabilitas yang melibatkan non disabilitas
LINKSOS kemudian menjadi organisasi berkembang yang fokus pada isu inklusi disabilitas. Indikatornya, dalam setiap kegiatannya pasti melibatkan lintas sektor.
Inklusi disabilitas adalah upaya untuk menciptakan lingkungan yang setara, adil, dan tanpa diskriminasi sehingga penyandang disabilitas dapat berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan. Peran disabilitas dalam hal ini sesuai dengan kemampuan dan ragam disabilitas, sehingga lingkungan wajib memberikan akomodasi yang layak atau penyesuaian.
Upaya inklusi disabilitas kerap dimaknai dengan upaya melibatkan penyandang disabilitas dalam berbagai kegiatan sosial maupun advokasi kebijakan. LINKSOS sepakat, namun dalam hal ini, organisasi ini mengambil langkah yang berbeda. LINKSOS memaknai inklusi disabilitas dengan melibatkan non disabilitas dalam berbagai kegiatan sosial dan advokasi kebijakan.
Ada dua alasan, mengapa LINKSOS memilih melibatkan non disabilitas dalam kegiatan komunitas disabilitas.
Pertama beraksi lebih mudah daripada menuntut. Contoh kasus dalam pemberdayaan masyarakat desa. Dari pada menuntut Pemerintah Desa memberdayakan masyarakat disabilitas, lebih baik komunitas membuat kegiatan pemberdayaan disabilitas yang kemudian melibatkan Pemerintah Desa. Contoh konretnya Posyandu Disabilitas.
Kedua prinsip dasar organisasi. Adanya LINKSOS bertujuan untuk membantu masyarakat dan Pemerintah. Bentuk membantu masyarakat adalah dengan pemberdayaan. Sedangkan bentuk membantu Pemerintah dengan membuat inisiasi program pemberdayaan berkelanjutan.
Contohnya masih Posyandu Disabilitas. Layanan kesehatan berbasis kebutuhan masyarakat ini tumbuh dari kesepakatan lintas sektor dan sarasehan desa inklusi yang digelar LINKSOS.
Saat ini Posyandu Disabilitas dalam naungan Pemerintah Desa dan Puskesmas, Posyandu ini melibatkan masyarakat baik disabilitas maupun non disabilitas sebagai Kader Kesehatan.
Konsekuensi dan sukses atas pilihan yang berbeda
Saat banyak orang memaknai inklusi disabilitas sebagai pelibatan penyandang disabilitas, LINKSOS memilih implementasi yang berbeda. Melainkan kebalikannya, komunitas disabilitas melibatkan non disabilitas.
Konsekuensinya adalah sukses namun banyak menghadapi tantangan. Sukses program inklusi disabilitas LINKSOS diantara Posyandu Disabilitas, Difabel Pecinta Alam dan UMKM Omah Difabel.
Posyandu Disabilitas merupakan layanan kesehatan berbasis kebutuhan ragam disabilitas. Kegiatan ini dalam naungan dan pembiayaan Pemerintah Desa/ Kelurahan. Saat ini Posyandu Disabilitas berkembang di beberapa kabupaten.kota di Indonesia. Khususnya di Kabupaten Malang dan Kota Malang, Posyandu Disabilitas telah memberikan layanan terhadap lebih dari 400 penyandang disabilitas.
Difabel Pecinta Alam atau Difpala merupakan unit pemberdayaan Lingkar Sosial Indonesia di bidang pelestarian alam dan lingkungan. Komunitas ini sedang mendaki tujuh gunung di wilayah Indonesia dalam misi Difpala Seven Summits, kerjasama LINKSOS dan Komisi Nasional Disabilitas (KND).
Selanjutnya UMKM Omah Difabel. Salah satu catatan suksesnya, penyandang disabilitas di rumah pemberdayaan ini melatih dan memberikan pekerjaan kepada warga sekitar yang kehilangan pekerjaan di masa pandemi. Saat itu, Omah Difabel menjadi produsen masker dan pakaian hazmat.
Menyelesaikan tantangan dengan baik
Konsekuensi dari pilihan yang berbeda adalah sedikit dukungan dan mendapatkan perlawanan. Namun jika konsisten dan berhasil, dampaknya banyak dukungan dan banyak kawan.
Contoh kasus. Posyandu Disabilitas di awal pembentukannya dianggap tidak inklusif atau eksklusif. Posyandu ini dianggap memisahkan penyandang disabilitas dari pelayanan kesehatan pada umumnya.
Ada kemungkinan, yang tidak sepakat masih belum paham bahwa penyandang disabilitas memiliki kebutuhan khusus yang membutuhkan pelayanan khusus sesuai kebutuhan ragam disabilitas.
Kebutuhan khusus itu misalnya terapi, namun terapi hanya ada di rumah sakit. Dengan adanya Posyandu Disabilitas, layanan terapi bisa hadir di tingkat desa/kelurahan, gratis, terjangkau dan mudah mengasesnya. Praktik baik lainnya, Posyandu Disabilitas juga bisa diakses oleh non disabilitas untuk mencegah terjadinya disabilitas akibat gangguan kesehatan.
Contoh lainnya Difabel Pecinta Alam atau Difpala. Di awal kegiatan tahun 2020, kegiatan Difpala dianggap eksploitasi yang berbahaya. Ada kemungkinan, mereka yang tidak sepakat menganggap penyandang disabilitas lemah dan tidak mampu berolahraga ekstrem.
Waktu terus berjalan. Saat ini Difpala memiliki anggota tangguh dari penyandang disabilitas. Mereka menjadi pelatih mendaki gunung bagi para anggota baru, baik penyandang disabilitas maupun non disabilitas.
- Pusat Pemberdayaan Disabilitas di Indonesia https://lingkarsosial.org/ [↩]
- Pentahelix, Lima Unsur Kekuatan Dalam Pengembangan Potensi Desa dan Kawasan Perdesaan Kian Mendapatkan Respon Positif https://www.kemenkopmk.go.id/pentahelix-lima-unsur-kekuatan-dalam-pengembangan-potensi-desa-dan-kawasan-perdesaan-kian [↩]