Disability Seven Summits Kibarkan Bendera di Puncak Batu Tulis OYPMK Mendaki Gunung

OYPMK Mendaki Gunung

4 minutes, 3 seconds Read
Beberapa OYPMK mendaki gunung guna menempa diri, menghapus stigma serta untuk mengembangkan jaringan. Mereka tergabung dalam Difabel Pecinta Alam (Difpala).
Ken Kerta
Ken Kerta
Founder Lingkar Sosial Indonesia | Founder Difabel Pecinta Alam | Pembina Disability Seven Summits Indonesia

Bagi orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK), menjadi berdaya tak cukup hanya dengan obat. Di Malang dan Pasuruan, Jawa Timur, OYPMK mendaki gunung sebagai sarana menempa diri, mengembangkan jaringan, serta menghapus stigma.

Mereka bergabung dalam Difabel Pecinta Alam (Difpala), kelompok disabilitas pendaki gunung pertama di Indonesia. Difpala dalam naungan pusat pemberdayaan disabilitas, Yayasan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS)1.

OYPMK Mendaki Gunung
Bobi Habibie, OYPMK peserta Disability Seven Summits Indonesia, 4-7 Desember 2024 di Gunung Kawi, Jawa Timur.

Kesaksian OYPMK Pendaki Gunung

Namanya Bobi Habibi, ia adalah anggota Difpala dari ragam disabilitas fisik akibat kusta atau orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Habibi sapaan akrabnya, berasal dari Desa Kapasan, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan.

Habibi juga salah satu peserta even Disability Seven Summits Indonesia. Bukan peserta biasa, Habibi dalam even tersebut terlibat dalam kepanitiaan bidang logistik, unit stok air dapur umum. Ia bertanggung jawab atas tersedianya stok air dapur umum pendakian2.

“Senang bergabung dalam pendakian ini,’ ujar Habibi sapaan akrabnya. Perasaan senang dan banyak kawan. Selama pendakian semuanya ramah, tak ada beda antara disabilitas dengan lainnya, termasuk saya yang pernah mengalami kusta, tidak ada masalah. Tidur pun satu tenda dengan yang lain.

Disability Seven Summits Indonesia akan mendaki tujuh gunung di Indonesia. Bobi Habibi ingin bergabung dengan seluruh pendakian tersebut.

Bobi Habibi merupakan OYPMK keempat yang bergabung dalam Difabel Pecinta Alam (Difpala). Pendaki lainnya adalah Yuda, warga Kabupaten Malang, serta Darojat dan Basori, keduanya warga Kabupaten Pasuruan. 

OYPMK Mendaki Gunung
Founder Difpala, Ken Kerta, menyematkan pin Disability Seven Summits Indonesia kepada Bobi Habibi, usai pendakian Gunung Kawi, 7 Desember 2024.

Dukungan lintas pihak

Semangat Habibi mendapat respon baik dari Kepala Puskesmas Nguling, Kabupaten Pasuruan, dr. Eko Santoso Machfur. Ia berharap kegiatan mendaki gunung bagi OYPMK tetap rutin diselenggarakan.

“Alhamdulillah, kegiatan mendaki gunung yang dilaksanakan ini sangat positif dan bermanfaat bagi para peserta termasuk khususnya untuk para OYPMK dalam menumbuhkan semangat, dan kepercayaan diri mereka setelah sakit kusta yang mereka alami,” ujar Eko sapaan akrabnya.

Tak hanya berbicara, dr. Eko Santoso Machfur juga pernah terlibat dalam kegiatan pendakian gunung. Pada tahun 2023, ia dan dua orang tenaga kesehatan Puskesmas Nguling bergabung dalam even Jambore Nasional Difpala, kerjasama LINKSOS dan Komisi Nasional Disabilitas (KND). 

Saat itu, tim medis dari Puskesmas Lawang, Kabupaten Lawang juga bergabung dalam pendakian jambore nasional. 

Respon baik lainnya dari PJ Kusta Puskesmas Nguling. Ia bahkan membelikan sepatu untuk Habibi.

“Habibi dulu salah satu pasien kami dan sekarang sudah sembuh,” terang Eriyanti.

Ia memang sangat semangat dan membutuhkan wadah atau komunitas yang sesuai, beruntung bertemu dan bergabung dengan LINKSOS.

OYPMK mendaki gunung
Habibi bangga memasang banner bekas event di teras rumahnya. Searah jarum jam: Qodarul Irma Yulia (Koordinator Difpala), Habibie (OYPMK Anggota Difpala), Cakrahayu (Bidang Survie, Mitigasi dan Kurikulum Difpala), Widi Sugiarti (Pembina Difpala).

Stigma kusta dan konsekuensinya

Penyebab kusta adalah infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini bisa sembuh dengan terapi obat MDT atau Multi Drug Therapy selama 6- 12 bulan sesuai jenis kustanya.

Namun penanganan yang terlambat dan tidak tepat bisa menjadikan penderita kusta mengalami disabilitas. Hal ini kemudian menimbulkan stigma kusta sebagai penyakit yang mengerikan.

Stigma ini kemudian berdampak pada masalah sosial, ekonomi dan sosial. Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) mengalami pengasingan sosial, mereka juga kehilangan pekerjaan. Dampaknya, secara psikis mereka tertekan dan depresi.

Untuk itu, selain upaya medik, OYPMK juga memerlukan upaya pemulihan secara sosial, ekonomi dan psikis. Pusat pemberdayaan disabilitas, LINKSOS hadir dengan berbagai program untuk membantu pemulihan dan pemberdayaan OYPMK. Salah satu programnya adalah mendaki gunung.

Rencana Keselamatan dan Keberhasilan Difabel Pencinta Alam OYPMK Mendaki Gunung
Jalur ekstrim Gunung Kawi yang menuntut kemampuan pendaki, bukan soal disabilitas atau non disabilitas.

Mengapa mendaki gunung?

Mendaki gunung adalah olahraga ekstrim, tidak semua orang baik disabilitas maupun non disabilitas mampu melakukannya. Artinya, mendaki gunung bukan persoalan disabilitas atau non disabilitas, melainkan murni persoalan kemampuan fisik, mental dan logistik.

Jika penyandang disabilitas, dalam hal ini ternasuk OYPMK mampu mendaki gunung, maka tak ada alasan apapun untuk menstigma. Mendaki gunung itu riil soal kemampuan.

Menjadi anggota Difpala pun melalui proses, mulai dari pendaftaran awal, kemudian pendaftaran ulang di puncak Gunung Wedon. Selanjutnya, setiap anggota Difpala juga wajib mengikuti kurikulum.

Hal ini juga menjawab sebagian orang menilai kegiatan mendaki gunung tidak cocok untuk OYPMK. Alasannya, OYPMK rawan mengalami luka, yang parahnya, kerap kali luka itu tak terasa dan mengakibatkan infeksi dan luka yang tak kunjung sembuh.

Selain kekhawatiran terhadap keselamatan OYPMK mendaki gunung, terdapat pula stigma. Disabilitas yang dialami OYPMK, menjadi alasan menilai OYPMK tidak mampu melakukan olahraga ekstrim tersebut.

Namun siapapun orangnya, semua pendaki baik disabilitas maupun non disabilitas, termasuk OYPMK, sebelum memulai pendakian harus memastikan kesehatannya. Beberapa layanan wisata pendakian mensyaratkan setiap pendaki menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter. 

Deklarasi Disability Seven Summits Indonesia di Gunung Kawi
Logo sponshorship Disability Seven Summits Indonesia 2024.
  1. Difabel Pecinta Alam https://lingkarsosial.org/difabel-pecinta-alam/ []
  2. Pendaki difabel daki Gunung Kawi, awali misi “Disability Seven Summits Indonesia” https://www.benarnews.org/indonesian/berita/difpala-disability-seven-summits-12172024002855.html []

Similar Posts

Skip to content