Sanggar Silaturahmi Pangastuti (SSP) merupakan komunitas belajar tentang budaya luhur Jawa. Prinsip belajar sanggar adalah sharing pengetahuan (tukar kaweruh), saling menguatkan praktek baik (laku), serta belajar ilmu pengetahuan kebajikan (pangerten) dalam kehidupan sehari-hari.
Kilas Balik
R. Kertaning Tyas mendirikan Sanggar Silaturahmi Pangastuti tahun 2001 di Palembang. Tepatnya di desa Bumi Pratama Mandira, sebuah lokasi pertambakan yang terletak di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan.
Tujuan mendirikan sanggar untuk melestarikan (nguri-uri) ajaran kebajikan (pangerten) sebagai bagian dari budaya luhur bangsa.
Kertaning Tyas saat itu melihat realitas banyaknya anak muda keturunan Jawa di tempat tersebut yang tidak mengenal tata krama atau etika dalam budaya Jawa. Apalagi pengetahuan tentang aksara Jawa, tembang, dan pengetahuan lainnya. Padahal di pengetahuan Jawa memuat pangerten berupa nasehat (wejangan), petunjuk (ular-ular), dan larangan (wewaler).
Saat ini, Ken Kerta (sapaan akrab Kertaning Tyas) mengembangkan Sanggar Silaturahmi Pangastuti dikembangkan di Malang, Jawa Timur.
Prinsip dasar pengetahuan
Sebagai komunitas belajar, materi pembelajaran dalam Sanggar Silaturahmi Pangastuti terus berkembang. Siapapun yang memiliki pengertian tentang budaya luhur Jawa berkesempatan berbagi pengetahuan.
Berbagai pengetahuan tersebut di antaranya aksara Jawa, tembang, hingga olah nafas serta ilmu pengetahuan lainnya. Meski demikian terdapat prinsip dasar pengetahuan yaitu Pangastuti, yang wajib dipatuhi anggota sanggar.
Mengenal Pangastuti
Pangastuti mengandung makna kebijaksanaan (kawicaksanan), kasih sayang (welas asih) dan kerendahan hati (andhap asor). Untuk menjalankannya, terdapat beberapa petunjuk dalam nama sanggar, yaitu:
Pa- pamujia maring welas asihing Gusti, wujudipun welas asih mong tinemong tumpraping sedayaning titah. Artinya bersyukur kepada kasih sayang Allah dalam wujud saling mengasihi dengan seluruh ciptaan-Nya.
Ngas- ngastiti ati-ati sinatriya ing budi. Artinya berhati-hati sejak dalam pikiran, hati-hati dalam tindakan, dan menjaga sikap kerendahan hati dalam perilaku.
Tu- tumuruta maring pangerten urip, artinya berperilaku sesuai ajaran kebajikan.
Ti- tindak tutura kang asih, sepi ing pamrih rame ing gawe, artinya berperilaku dan bertuturlah atas dasar kasih sayang, serta tidak berharap imbalan atas kebaikan.
Makna lambang Sanggar
Prinsip dasar pengetahuan juga terdapat dalam simbol sanggar, yaitu:
- Cakra, berarti kehidupan, dengan sembilan ujung cakra yang berarti keseluruhan aspek kehidupan manusia meliputi lahir dan batin (lair klawan batin). Mencapai kesempurnaan hidup (kasampurnan) melalui tata kelola kehidupan yang seimbang antara aspek lahiriyah dan batiniyah.
- Tunjung atau bunga teratai yaitu salah satu tanaman yang hidup diatas air. Bunga menunjukkan keindahan sehingga kerap menjadi simbol penghargaan atas kebaikan (kaluhuran).
- Sedangkan air yang bersifat mengalir ke bawah dan mengisi ruang-ruang kosong memberikan makna pengetahuan.
- Tulisan sanggar silaturahmi menunjukkan semangat persaudaraan dan saling berbagi, serta tulisan Pangastuti mengandung makna kebijaksanaan, kasih sayang dan kerendahan hati.
Arti keseluruhan dari lambang Sanggar Silaturahmi Pangastuti keluhuran hidup lahir dan batin tumbuh dari belajar dan praktek pengetahuan kebajikan.
Keluhuran hidup ditandai dengan adanya keberuntungan (kabegjan) dan ketentraman (katentreman). Adalah tercukupinya kebutuhan hidup (kacukupan sandang pangan), serta terhindar dari bahaya (kalis ing sambikala). Sedangkan praktek pengetahuan kebajikan ditandai dengan sikap kebijaksanaan, kasih sayang dan kerendahan hati.
Olah nafas Nengning
Prinsip silaturahmi membuka ruang bagi warga sanggar untuk saling belajar banyal hal, namun terdapat materi wajib yaitu falsafah Pangastuti dan olah nafas Nengning.
Materi falsafah Pangastuti telah dijelaskan dalam tulisan diatas, meliputi makna Pangastuti dan makna lambang sanggar. Sedangkan olah nafas Nengning diajarkan secara berkala.
Olah nafas merupakan pengaturan keluar masuknya udara, sedangkan nengning memberikan makna neng ing badan (diamnya fisik) dan ning ing pikiran (heningnya fikiran).
Manfaat olah nafas secara fisik/ lahiriyah adalah kesehatan sebagai dampak lancarnya sirkulasi oksigen dan peredaran darah.
Sedangkan secara batiniah menumbuhkan ketenangan, fokus dalam berpikir, serta terpancarnya cahaya (aura) kewibawaan (kawibawan) dan kasih sayang (welas asih). Olah Nafas juga mengasah kemampuan mendeteksi hal-hal yang belum terungkap (kawaskithan).
Ditulis di Omah Difabel, Jumat 6 Agustus 2021. Informasi WA 085764639993 (Ken)