Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) bekerjasama dengan Malang Creative Center (MCC) menggelar Focus Group Discussion (FGD). Diskusi bertajuk FGD MCC Ramah Disabilitas ini membahas tentang audit aksesibilitas dan building tour.
Dalam kesempatan itu, FGD juga sepakat mengembangkan kolaborasi inklusif. Kolaborasi tersebut dalam bentuk adanya Tim Audit Aksesibilitas dan Konsorsium Ekraf Inklusif.
Audit aksesibilitas adalah proses evaluasi komprehensif untuk menilai aksesibilitas gedung dan bangunan berdasarkan Permen PUPR Nomor 14 Tahun 2017 tentang Kemudahan Gedung dan Bangunan.
Sedangkan Building Tour MCC Ramah Disabilitas adalah kegiatan navigasi ke setiap ruangan, tantangan, dan deskripsi ruangan di MCC bersama penyandang disabilitas.
Hadir dalam FGD tersebut, Ketua Pembina LINKSOS, Ken Kerta, Direktur MCC, Ageng Bagus Armanda, serta Manajer Marketing dan Kerjasama MCC, Frishanty Yuan Paramita.
Peserta FGD berjumlah sekitar 30 orang perwakilan dari lintas organisasi penyandang disabilitas dan jaringan kerja di Kota Malang. Daftar organisasi yang hadir adalah Gerkatin Kota Malang, Pertuni Kota Malang, HWDI Malang, WORLDS & ABEKA MOMS CRAFT, ArtNmotions Dance School, KID dan Posyandu Disabilitas Polehan.
Tim Audit Aksesibilitas
FGD MCC Ramah Disabilitas sepakat mengembangkan kolaborasi inklusif. Lintas organisasi peserta forum tersebut setuju membentuk Tim Audit Aksesibilitas dan Konsorsium Ekraf Inklusif.
Tim Audit Aksesibilitas merupakan tim yang memberikan penilaian secara komprehensif terhadap aksesibilitas disabilitas gedung MCC. Sebelum melakukan penilaian, LINKSOS akan memberikan pelatihan audit aksesibilitas.
“Kami siap mengupgrade SDM kami agar MCC ramah disabilitas,” ujar Manajer Marketing dan Kerjasama MCC, Frishanty Yuan Paramita. Ia berharap LINKSOS selain menggelar pelatihan audit aksesibilitas, juga membuka kelas untuk peningkatan kapasitas SDM karyawan MCC.
Mbak Icha sapaan akrabnya menyebut memerlukan beberapa jenis pelatihan. Pelatihan tersebut adalah etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas dan pengetahuan dasar bahasa isyarat.
Konsorsium Ekraf Inklusif
Pihak MCC juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi inklusif antar kolaborator. Dengan adanya kolaborasi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan.
“Soal kreatifitas bisa memastikan para kolaborator di MCC ini telah kreatif,” ujar Direktur MCC, Ageng Bagus Armanda. Lanjutnya, namun apakah sudah berekonomi? Ini yang penting kita tingkatkan, tegasnya. MCC memiliki berbagai fasilitas. Masyarakat termasuk penyandang disabilitas bisa memanfaatkannya.
Arman sapaan akrabnya memberikan saran, agar para kolaborator mengembangkan konsorsium. Menurutnya konsorsium bisa menjadi wadah para kolaborator, termasuk dari komunitas penyandang disabilitas untuk saling bekerjasama.