Difa Pagelaran Kukuhkan Kepengurusan dan Rancang Program Pemberdayaan

Difa Pagelaran Kukuhkan Kepengurusan dan Rancang Program Pemberdayaan

2 minutes, 15 seconds Read
Difa Pagelaran—sebuah tonggak baru menuju kemandirian, pemberdayaan ekonomi, dan masa depan inklusif yang lebih cerah. Berangkat dari tekad untuk hidup mandiri dan tidak hanya bergantung pada bantuan sosial, para penyandang disabilitas di Pagelaran, Malang, memantapkan langkah dengan membentuk organisasi resmi. 
Widi Sugiarti
Widi Sugiarti
Co Founder Lingkar Sosial Indonesia

Malang— Komunitas penyandang disabilitas Difa Pagelaran resmi menggelar Rapat Koordinasi Legalitas pada Sabtu (5/4/2025) di Desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Dalam rapat tersebut, komunitas menetapkan struktur kepengurusan, menyusun program kerja, dan merancang langkah-langkah legalitas organisasi untuk periode 2025–2026.

Sriono, Ketua Badan Pembina Difa Pagelaran, menyampaikan bahwa komunitas ini telah berdiri sejak tahun 2019. “Tujuannya agar penyandang disabilitas di Kecamatan Pagelaran khususnya memiliki wadah untuk berkomunitas. Namun kami punya tantangan dalam pengelolaan organisasi agar anggotanya mandiri, sebab kami ingin disabilitas bisa berkarya, tak hanya mendapat bantuan sosial saja,” ujarnya. Untuk itu, pihaknya menggandeng Ken Kerta, Founder Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), guna memberikan pembinaan kelembagaan dan pemberdayaan.

Rapat yang dihadiri oleh sembilan peserta—mayoritas penyandang disabilitas fisik—bersama sejumlah pendamping, menghasilkan kesepakatan pembentukan struktur organisasi Difa Pagelaran. Peserta menetapkan Tukiransyah sebagai Ketua Pengurus Harian, Badiatun sebagai Sekretaris, dan Socheh sebagai Bendahara. Nanik Safitri dipercaya sebagai Humas. Sementara itu, Slamet Rijadi ditunjuk sebagai Ketua Badan Pengawas dengan Endah Nuraini sebagai anggota.

Lima fokus program kerja Difa Pagelaran

Dalam sesi diskusi program kerja, Tukiransyah menekankan pentingnya akses ketenagakerjaan bagi anggota. “Kami ingin anggota kami bisa bekerja di pabrik-pabrik, khususnya pabrik rokok, sebab di Pagelaran ini terdapat beberapa pabrik rokok. Namun polanya pekerjaan itu bisa dibawa pulang dan dikerjakan di rumah, misalnya bagian melinting tembakau jadi rokok. Pola kerja ini untuk membantu penyandang disabilitas yang memiliki hambatan mobilitas,” terangnya.

Difa Pagelaran menetapkan lima fokus program kerja untuk periode April 2025–April 2026. Program tersebut meliputi wirausaha sosial, ketenagakerjaan alternatif, pelatihan peningkatan kapasitas, kegiatan sosial, dan branding komunitas. Usaha anggota yang sudah berjalan antara lain pembuatan keset, usaha cukur rambut, penjualan mainan dan snack, jasa elektro, hingga kerajinan tangan.

Ken Kerta dari LINKSOS menyambut baik semangat komunitas ini. “Kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah kemauan dari masyarakat itu sendiri. Teman-teman disabilitas di Pagelaran ini yang berinisiatif meminta pendampingan LINKSOS, artinya ada itikad dan semangat, ini adalah awal dari keberhasilan,” ungkapnya.

LINKSOS, sebagai mitra pendamping, akan fokus pada tiga hal di tahun 2025: pengurusan legalitas, penguatan usaha anggota, dan branding komunitas. “Tahun berikutnya, kami akan dorong perluasan kerja sama lintas sektoral, khususnya terkait ketenagakerjaan,” tambah Ken.

Rapat ini menghasilkan dokumen berita acara, pembagian tugas legalitas, penyusunan Anggaran Dasar, serta strategi penguatan organisasi. Legalitas Difa Pagelaran selanjutnya akan diajukan secara resmi ke notaris dan Kementerian Hukum dan HAM, dengan dukungan fasilitasi dari LINKSOS.

Dengan struktur dan program kerja yang semakin terarah, Difa Pagelaran diharapkan mampu menjadi wadah inklusif yang memberdayakan penyandang disabilitas secara berkelanjutan, mandiri, dan bermartabat.

Similar Posts

Skip to content