
Pagi itu di Malang Creative Center, Laily Isrofatma (17 Tahun) – penyandang disabilitas cerebral palsy (CP) untuk pertama kalinya merasakan bersekolah, meski bukan di sekolah reguler atau SLB, melainkan di Sekolah Alam Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) – sebuah yayasan di Malang yang fokus pada isu disabilitas.
Hari itu, Laily bergabung dengan sekitar 30 Pramuka anggota Gudep inklusif Lingkar Sosial Indonesia – gugusdepan teritorial berbasis komunitas disabilitas. Jumlah itu masih sebagian dari 62 anggota Pramuka yang terdata di LINKSOS.
“Alhamdulillah, Laily telah merasakan sekolah seperti anak-anak lainnya. Dari raut wajahnya saya melihat ia sangat senang dan krasan berkumpul dengan teman-teman seusia dan orang banyak. Sehari-hari anak CP memang lebih banyak di rumah sehingga kurang interaksi,” ujar orangtua Laily Isrofatma – Latifatul Kurnia (50 Tahun).
Sekolah Alam Lingkar Sosial – meski masih berupa inisiatif – menjadi harapan baru bagi Laily dan anak-anak CP lainnya. Founder LINKSOS, Ken Kerta menyebut, model sekolah alam dipilih sesuai kebutuhan penyandang CP yang memerlukan interaksi lingkungan, serta alasan kemudahan legalitas.
“Sekolah Alam Lingkar Sosial sebagai salah satu pokja atau divisi di LINKSOS dalam naungan Gugusdepan Lingkar Sosial Indonesia. Gudep ini teregristrasi di Kwarcab Malang dengan nomor 27 – 187/188,” terang Ken Kerta. Sekolah ini belum memiliki tempat sendiri, namun kami bisa berkegiatan di beberapa lokasi mitra diantaranya Malang Creative Center dan Agro Wisata Petik Madu Lawang Lokasi ini representatif cukup ramah disabilitas – namun memerlukan beberapa peningkatan.
Kondisi Penyandang CP Saat Ini
Cerebral Palsy atau CP merupakan ragam disabilitas akibat gangguan otak yang menyebabkan tergangunya fungsi motorik, sensorik dan kognitif.1 Sehingga penyandang CP kerap kali menhalami disasbilitas ganda seperti disabilitas fisik – wicara – inteletual. Bahkan tak jarang, penyandang CP juga mengalami ADHD, epilepsi dan kondisi lainnya.
Kondisi tersebut menjadikan penyandang CP berada dalam spektrum/keparahan berat, sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari atau activity daily living (ADL). Untuk perawatan diri dan urusan toilet mereka bergantung pada orang lain. Pada bidang pendidikan formal, pekerjaan dan sosial kemasyarakatan, mereka banyak tertinggal bahkan kehilangan kesempatan dan hak-haknya.
Penyandang CP juga masih mengalami pemasungan. Mereka terkurung dalam rumah atau ruang kamar saja. Beberapa sebab diantaranya kemiskinan keluarga, mereka tidak mampu menanggung biaya operasional, seperti transportasi, serta tidak bisa meninggalkan pekerjaan sebagai buruh harian. Penyebab lainnya adalah stigma lingkungan, sehingga keluarga merasa malu dan aib memiliki anak dengan cerebral palsy.

Sekolah Alam Lingkar Sosial: Sebuah Harapan Baru
Sementara itu, Ina Sudaryati (50 Tahun) –Koordinator Sahabat CP –sejak ia bergabung di LINKSOS awal tahun 2025 terus mendorong adanya sekolah bagi penyang disabilitas CP spektrum berat. Ina bersyukur, kini suara aspirasi anak-anak CP khususnya spektrum berat terwadahi. Ina dan beberapa orang tua peyandang CP beserta anak-anaknya, kini telah tergabung dalam Sahabat CP – kelompok kerja (Pokja) LINKSOS. Ina sebagai koordinator Sahabat CP juga telah mewakili LINKSOS dalam kegiatan Musrenbang Tematik Disabilitas Kota Malang.2
“Sekolah Alam Lingkar Sosial menjadi harapan baru bagi anak-anak CP khususnya spektrum berat. Selain pendidikan, interaksi alam dan sosial, kami ingin sekolah ini juga menyediakan terapi,” pungkas Ina Sudaryati.
Peluang Kolaborasi
Sekolah Alam Lingkar Sosial membuka ruang bagi para pihak untuk berkolaborasi. Lintas sektor di Pemerintahan, swasta, perguruan tinggi, kelompok masyarakat dan media massa dapat memberikan dukungan dan berkolaborasi.
“Sekolah Alam Lingkar Sosial memerlukan dukungan adanya bangunan gedung, armada mobil untuk antar jemput siswa, sarana belajar mengajar dan terapi, serta tenaga pengajar dan terapis,” rinci Ken Kerta.
Untuk saat ini, kebutuhan belajar mengajar masih banyak bergantung pada pihak lain. Sejak dibentuknya Sahabat CP – embrio Sekolah Alam Lingkar Sosial – awal tahun 2025 lalu, mereka telah terhubung dan bekerjasama dengan lintas sektor secara berkelanjutan.
Lintas sektor tersebut diantaranya Pemkot Malang melalui Diskopindag yang menyediakan fasilitas dan peralatan belajar di Malang Creative Center. Kursi roda dari BAYIKU.ID juga sangat memudahkan kebutuhan mobilitas di dalam gedung MCC.
Sementara itu dari badan zakat terdapat BMH Malang memberikan dukungan kesejahteraan, serta bantuan modal usaha dari YBM PLN Pusmanpro UPMK II. Sedangkan dari perguruan tinggi, terdapat kelompok mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang yang memberikan pendampingan kegiatan kepramukaan. Terdapat juga dukungan dari Panti Karya Asih, lembaga perawatan disabilitas mental dan ADHD ini warganya banyak menjadi anggota pramuka.