Tim Difpala Seven Summits II terdiri dari unsur Komisi Nasional Disabilitas (KND), Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), Difabel Pecinta Alam (Difpala), Gudep Inklusif Teritorial LINKSOS, serta Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD PB) Kabupaten Malang.
 
											Anggota Tim Difpala Seven Summits II
Anggota Tim Difpala Seven Summits II terdiri dari tujuh pendaki terlatih, yaitu:
- Kikin Tarigan, non disabilitas, Komisioner KND
- Ken Kerta, non disabilitas, Founder LINKSOS
- Widi Sugiarti, non disabilitas, Pembina Difpala
- Sumiati, disabilitas pendengaran/ Tuli, Pembina Difpala
- Cakrahayu Arnavaning Gusti, non disabilitas, Koordinator Pusdiklat Difpala
- Immanuel Arya, disabilitas netra, anggota Difpala
- Pedro EG Tarigan, non disabilitas, anggota Difpala – pendamping pendakian KND
Namun, khususnya Kikin Tarigan dan Widi Sugiarti tidak dapat mengikuti pendakian karena masalah kesehatan.
 
											Tujuan Pendakian
Difpala Seven Summits merupakan misi pendakian tujuh gunung di Indonesia oleh penyandang disabilitas – kerjasama KND dan LINKSOS.1 Misi bertujuan mengkampanyekan hak-hak penyandang disabilitas, mendorong peran disabilitas di bidang pelestarian alam dan lingkungan, serta mengembangkan jaringan advokasi dan pemberdayaan disabilitas di tingkat nasional.
“Khususnya pendakian kali ini, misi bertujuan untuk kampanye risiko bencana yang inklusif, sekaligus mempromosikan ULD PB Kabupaten Malang yang baru dibentuk. Ini praktik baik penyandang disabilitas terlibat aktif dalam isu kebencanaan,” ujar Kikin Tarigan.2
 
											Dukungan Mitra
Ken Kerta mengapresiasi dukungan mitra. Menurutnya, dukungan mitra sebagai bentuk keberhasilan kampanye inklusivitas.
“Pada prinsipnya setiap pendaki adalah mandiri, namun dengan dukungan mitra untuk memperkuat tim sekaligus wujud keberhasilan kampanye inklusif dan kerjasama lintas sektor,” terang Ken Kerta yang juga menjabat sebagai Koordinator ULD PB Kabupaten Malang.
Tim Difpala Seven Summits II mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya:
- BPBD Kabupaten Malang – dukungan legitimasi kegiatan, makanan siap saji dan tambahan gizi.
- BMH Malang – dukungan transportasi antar jemput anggota Tim di lokal Malang
- KADE Outdoor Kota Malang – dukungan peralatan pendakian
- Malang Creative Center (MCC) – dukungan ruang koordinasi dan konten kreatif.
- Pendaki Mount Everest, Asmujiono – dukungan moral dan pembinaan.
- Dukungan mitra lainnya.
 
											Tantangan dan Evaluasi
Cuaca ekstrim menjadi tantangan alam tersendiri, maka solusinya meningkatkan kesiapan fisik, mental dan logitik. Tim yang tadinya juga akan mendaki Puncak Ogal Agil Gunung Arjuo (3.339 mdpl) – urung atas pertinbangan cuaca. Hingga akhirya hanya mendaki tiga gunung.
“Keselamatan adalah tujuan nomor satu. Tujuan lainnya adalah mencapai puncak dan mengibarkan bendera misi,” tandas Cakrahayu Arnavaning Gusti.
Cakra juga menegaskan, bahwa anggota memerlukan latihan yang lebih rutin dan disipilin. Latihan selain meningkatkan ketanguhan diri juga membangun kekompakan difabel dan pendampingnya serta tim.
Cakrahayu bersama Pedro Tarigan dalam misi itu, berperan mengkondisikan kelancaran pendakian, selain menjadi pemandu, kedua anak muda itu juga membantu sebagai porter pada trek-trek yang sulit.
“Logistik masih memerlukan peningkatan. Baiknya di setiap pos pendakian terdapat camp bantuan— tenda dengan layanan bantuan kesehatan dan logistik konsumsi. Namun secara keuangan kami belum mampu,” tutur Widi Sugiarti.
“Kontrol peralatan pendakian menjadi pelajaran penting, sepatu saya jebol dan tongkat juga rusak, sehingga memperlambat proses pendakian. Namun kekompakan dan ketangguhan tim menjawab semua tantangan dan hambatan,” kisah Immanuel Arya.
“Secara pribadi kesiapan dan peralatan saya baik. Latihan rutin dengan Difpala di Gunung Wedon, tongkat, jaket, jas hujan dan lainnya. Sebagai Pembina memberikan contoh baik,” kata Sumiati.
 
											Konsisten untuk pendakian aman dan bertanggungjawab
Difpala Seven Summits I yang diadakan di Gunung Kawi 2024 lalu, sedikit berbeda dengan Difpala Seven Summits II tahun ini, meski sama-sama pendakian. Perbedaannya pada istilah dan tema pendakian.
Difpala Seven Summits – sebelumnya bernama Disability Seven Summits – menujukkan pelibatan penyandang disabilitas secara luas. Konsep ini baik sebab membuka peluang luas kepada penyandang disabilitas untuk bergabung, namun pada praktiknya cukup berisiko sebab terdapat peluang penyandang disabilitas yang tidak terlatih untuk terlibat.
“Penggunaan istilah Difpala Seven Summits memuat pesan bahwa untuk bergabung dalam misi ini, seseorang harus menjadi anggota Difpala dan belajar prinsip-prinsip pendakian yang aman dan bertanggungjawab,” terang Ken Kerta.
Perbedaan berikutnya adalah tema pendakian. Difpala Seven Summits I mengusung tema secara umum yaitu kampanye hak-hak penyandang disabilitas. Sedangkan Difpala Seven Summits II tematik mengusung isu kebencanaan dan mempromosikan unit layanan disabilitas penanggulangan bencana.
Rencana Tindak Lanjut
“Mulai pendakian ini, misi Difpala Seven Summits akan bersifat tematik, misal perempuan, penghijauan, dan lainnya. Tujuannya untuk mengangkat isu-isu tertentu terkait disabilitas secara lebih fokus,” terang Ken Kerta.
Difpala Seven Summits III rencananya akan dilaksanakan pertengahan tahun mendatang. Lokasi kegiatan masih di Jawa Timur, kecuali ada sponsor yang mendukung kegiatan di luar provinsi. Sedangkan untuk peserta pendakian, selektif bedasarkan penilaian dan keputusan rapat Pembina.
“Prioritas untuk menjadi anggota Dipala Seven Summits III adalah difabel dengan kesiapan fisk, mental dan logistik, serta yang belum memiliki akses pendakian atau yang masih terbatas. Hak ini sesuai tujuan dasar LINKSOS, membantu masyarakat marginl dan yang mengalami disfungsi sosial,” pungkas Ken Kerta.
Informasi dan Media
Informasi lebih lanjut tentang Difpala Seven Summits, silahkan menghubungi: Ken Kerta 085764639993

 
			 
									 
                        