Malang, 13 September 2025 – Sebanyak 12 kader Posyandu Disabilitas dari Kabupaten Malang dan Kota Malang mengikuti pelatihan perdana penggunaan Si-DIFA—Digitalisasi Layanan Posyandu Disabilitas. Aplikasi berfungsi sebagi satu portal dengan menu pendataan disabilitas, informasi kegiatan, lowongan kerja disabilitas hingga data statistik bagi kader, psikolog dan pemangku kepentingan.
Aplikasi Si-Difa dikembangkan oleh May Lia Elfina, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang beserta Tim bekerjasama dengan Yayasan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS)—pusat pemberdayaan disabilitas dan inisiator Posyandu Disabilitas di Indonesia sebagai Mitra. Serangkaian kegiatan ini merupakan Hibah Pengabdian BIMA 2025 yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Skema Pengabdian Berbasis Masyarakat.
Fitur-Fitur Si-DIFA
Aplikasi Si Difa bukan hanya soal pencatatan, melainkan ekosistem layanan berbasis data yang inklusif. “Dalam aplikasi Si-DIFA terdapat fitur utama: Pendataan Disabilitas termasuk potensi dan riwayat terapi, Edukasi Inklusi berupa artikel tentang hak disabilitas dan layanan, Lowongan Kerja dari perusahaan inklusif yang dapat diakses langsung oleh kader, serta Laporan & Statistik agar program bisa dievaluasi berbasis data,” terang May.
Aplikasi juga mudah diakses melalui handphone sehingga memudahkan penggunaannya. “Aplikasi ini mudah digunakan, bisa diakses melalui handphone, namun masih memerlukan pelatihan lanjutan untuk kader yang ditugaskan sebagai admin. Selain itu, tim dosen juga harus memastikan alat digunakan sesuai fungsinya di posyandu-posyandu disabilitas. Harapannya, aplikasi ini bisa digunakan oleh pemerintah, namun terlebih dahulu kita pastikan bahwa aplikasi ini benar dimanfaatkan dan memberikan peningkatan manfaat yang terukur,” jelas Ken Kerta, Founder Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS).
Jawaban atas Tantangan Pendataan
Si-DIFA dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata posyandu yang selama ini luput dari perhatian kebijakan publik. Dengan aplikasi berbasis web ini, pencatatan manual diubah menjadi sistem digital yang terintegrasi. Hal ini sejalan dengan program pemerintah dalam transformasi digital layanan kesehatan, pengembangan smart city, dan target Sustainable Development Goals (SDGs) terkait inklusi dan kesehatan untuk semua.
Selama ini, pencatatan di posyandu dilakukan manual menggunakan buku tulis atau file di laptop. Akibatnya, data sering tidak tersimpan rapi dan sulit diakses oleh pihak terkait. “Aplikasi ini sangat penting untuk memudahkan pendataan dan melihat data. Selama ini kami mendata secara manual di buku ataupun di laptop, namun data tidak tersimpan dengan rapi,” ujar Widi Suguarti, Kader Posyandu Disabilitas Desa Bedali, Kecamatan Lawang.
Dari Malang untuk Indonesia
Saat ini, di Malang Raya terdapat sedikitnya tujuh pos pelayanan disabilitas—enam di Kabupaten Malang dan satu di Kota Malang—yang melayani sekitar 560 penyandang disabilitas. Dengan Si-DIFA, diharapkan data asesmen, riwayat terapi, hingga peluang kerja bagi penyandang disabilitas dapat diakses lebih cepat, aman, dan sistematis oleh pemerintah desa, puskesmas, maupun dinas kesehatan.
Pelatihan perdana ini baru diikuti oleh 12 kader. Dalam waktu dekat, pelatihan lanjutan akan diberikan kepada 40 kader Posyandu Disabilitas, dengan melibatkan tenaga kesehatan puskesmas dan perangkat desa/kelurahan.
Jika berjalan sesuai rencana, Si-DIFA bukan hanya inovasi digital lokal, tetapi akan menjadi model nasional posyandu inklusif—sebuah langkah nyata dari Malang untuk Indonesia.