Malang Creative Center (MCC) tak hanya menjadi rumah ekraf, melainkan juga rumah studi, advokasi dan pemberdayaan, khususnya bagi penyandang disabilitas di dalam jaringan Yayasan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS). Sejak tahun 2023, LINKSOS di MCC beraktivitas di bidang ekraf, bidang edukasi, kesehatan, dan lingkungan hidup.
Keanggotaan bersifat terbuka dan inklusif. Setiap individu dapat bergabung selama selaras dengan tujuan dan nilai organisasi. LINKSOS bertujuan mendukung masyarakat marginal dan kelompok dengan disfungsi sosial, termasuk penyandang disabilitas. Organisasi ini berazaskan Pancasila serta berpegang pada nilai kemanusiaan, hak asasi manusia, cinta alam, independensi, kesetaraan, kebinekaan, dan inklusivitas.
Eksistensi dan Kegiatan LINKSOS di MCC
MCC mulai aktif beroperasi tahun 2023. Pada tahun yang sama, tepatnya Maret LINKSOS mulai beraktivitas di gedung tersebut, bergabung dengan Parekraf. LINKSOS memanfaatkan ruang Parekraf sebagai shared office.
Pada tahun 2024, LINKSOS mulai menempati shared office baru. Perubahan ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU). Momentum ini bermakna, selain sebagai pengakuan eksistensi kelompok disabilitas di MCC, juga motivasi untuk meningkatkan aktivasi.1
LINKSOS memanfaatkan MCC sebagai ruang untuk empat bidang utama: ekraf, edukasi, kesehatan, dan lingkungan hidup.
- Ekraf: pelatihan keterampilan, seni, workshop UMKM, dan berbagai kegiatan pengembangan ekonomi.
- Edukasi: kepramukaan, kelas bahasa isyarat, koordinasi program, serta rapat internal dan eksternal.
- Kesehatan: pelatihan seputar posyandu disabilitas, kesehatan mental, dan isu kesehatan disabilitas lainnya.
- Lingkungan hidup: koordinasi program penghijauan, pendakian, dan pengurangan risiko bencana.
Tren Peningkatan Aktivasi per Tahun
Aktivasi LINKSOS di MCC konsisten meningkat setiap tahunnya. Tren ini disebabkan oleh peningkatan kemampuan sumber daya baik atas dukungan swadaya anggota maupun lembaga mitra.
Pada tahun 2023, LINKSOS membuat 9 event di MCC, terdiri dari 2 kegiatan ekraf (22%) dan 7 kegiatan edukasi (78%). Aktivasi lainnya, penggunaan shared office selama 20 kali untuk kegiatan koordinasi dan konsultasi.
Tahun 2024, aktivasi meningkat hingga 29 event dan 24 aktivasi share office. Event meliputi 16 kegiatan edukasi (55%), 6 kegiatan ekraf (21%), 6 kegiatan kesehatan (21%), 1 kegiatan lingkungan hidup (3%).
Tahun 2025, aktivasi LINKSOS di MCC kembali meningkat mencapai 62 event dan 24 aktivasi share office. Event meliputi 6 kegiatan lingkungan hidup (10%), 36 kegiatan ekraf (58%), 13 kegiatan edukasi (21%), dan 7 kegiatan kesehatan (11%).
Akumulasi aktivasi LINKSOS di MCC tahun 2023 – 2025 mencapai 100 event – tepat pada peringatan Hari Disabilitas Internasional 2025 – serta 68 kali penggunaan shared office.
Secara keseluruhan, event LINKSOS mulai tahun 2023 – 2025 meliputi kegiatan bidang ekraf (44%), bidang edukasi (36%), kesehatan (13%) dan lingkungan hidup (7%).
Penerima Manfaat LINKSOS di MCC dan Nilai Sosial
Penerima manfaat LINKSOS di MCC terdiri dari penerima manfaat langsung dan tidak langsung.
- Penerima manfaat langsung adalah orang atau penyandang disabilitas yang mengakses kegiatan program secara langsung, seperti pelatihan, workshop, pentas, dan lainnya. Sementara itu, penerima manfaat tidak langsung adalah relawan atau orang yang membantu jalannya kegiatan.
- Relawan terdiri dari relawan internal yang berasal dari keluarga disabilitas dan pendamping, serta relawan eksternal yang berasal dari staf lembaga mitra yang turut membantu.
Untuk memudahkan perhitungan, monitoring, dan evaluasi, LINKSOS menetapkan nilai sosial penerima manfaat. Penerima manfaat langsung dihitung satu per individu disabilitas atau orang yang menerima manfaat langsung.
Nilai sosial relawan internal dihitung dua, berdasarkan asumsi bahwa setiap penyandang disabilitas umumnya mendapat dukungan dari keluarganya—setidaknya ayah dan ibu (dua orang)—baik berupa persiapan di rumah maupun antar-jemput. Sedangkan nilai matematis relawan eksternal dihitung dua orang per lembaga mitra, berdasarkan rata-rata jumlah staf lembaga yang terlibat dalam aktivitas dan implementasi program.
Jumlah Penerima Manfaat
Jumlah penerima manfaat LINKSOS di MCC selama 2023–2025 konsisten meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini terkait dengan jumlah aktivasi, kapasitas kegiatan, dan banyaknya peserta yang terlibat. Sepanjang periode tersebut, total penerima manfaat mencapai 4.103 penyandang disabilitas dari Malang Raya sebagai penerima manfaat langsung, 8.206 relawan dari keluarga disabilitas dan pendamping, serta 690 relawan eksternal dari lembaga mitra—termasuk 47 peneliti dari 14 perguruan tinggi di Indonesia dan 58 kolaborator pentahelix.
Penerima Manfaat Tahun 2023
Khusus tahun 2023, LINKSOS menjangkau 320 penyandang disabilitas sebagai penerima manfaat langsung, 640 relawan internal dari keluarga disabilitas dan pendamping, serta 120 relawan eksternal dari 25 lembaga mitra. Total penerima manfaat pada tahun tersebut mencapai 1.080 disabilitas dan relawan.
Jangkauan manfaat serta keterhubungan LINKSOS dengan multipihak pada 2023 banyak dipengaruhi oleh dukungan jaringan dan donor. Dukungan jaringan lokal datang dari Parekraf melalui misi Bhandagiri, sedangkan jaringan nasional diperkuat oleh Komisi Nasional Disabilitas (KND) melalui kegiatan advokasi dan edukasi.
Selain itu, terdapat dukungan donor dari Indika Foundation untuk proyek perdamaian dan kepemudaan, serta Meta Inc. (Facebook) untuk program pemberdayaan digital.
Penerima Manfaat Tahun 2024
Tahun 2024, penerima manfaat langsung LINKSOS mencapai 1.164 penyandang disabilitas, disertai 2.238 relawan internal dari keluarga disabilitas dan pendamping, serta 165 relawan eksternal dari 28 lembaga mitra. Total penerima manfaat tahun 2024 adalah 3.567 disabilitas dan relawan.
Persentase penerima manfaat pada 2024 meningkat hingga 230% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini dipengaruhi oleh dukungan pembiayaan dari donor dan CSR (Corporate Social Responsibility). Dukungan tersebut datang antara lain dari BMH Malang dan YBM PLN UPT II Malang untuk pelatihan Kader Posyandu Disabilitas se-Malang Raya.
Selain itu, donasi empat kursi roda dari BAYIKU.ID memberikan dampak signifikan dalam dua hal. Pertama, penyandang disabilitas tidak lagi ragu datang ke MCC karena tidak perlu membawa kursi roda dari rumah. Kedua, keluarga dapat berhemat karena tidak perlu menyewa mobil untuk mengangkut kursi roda.
Ketersediaan kursi roda di MCC selain mempermudah mobilitas penyandang disabilitas juga merupakan bagian dari pemenuhan hak sesuai amanat UU Nomor 8 Tahun 2016. Harapannya, Pemerintah Kota Malang dan pihak swasta lainnya ikut memperhatikan kebutuhan ini. Idealnya, setiap ruang di MCC memiliki kursi roda untuk mengurangi antrean penggunaan.
Penerima Manfaat Tahun 2025
Tahun 2025, penerima manfaat langsung LINKSOS kembali meningkat menjadi 2.619 penyandang disabilitas, disertai 5.238 relawan internal dari keluarga disabilitas dan pendamping, serta 405 relawan eksternal dari 48 lembaga mitra dan 40 kolaborator pada event Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025. Total penerima manfaat tahun 2025 mencapai 8.262 disabilitas dan relawan.
Peningkatan penerima manfaat pada 2025 mencapai 131,59% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh hadirnya beberapa pembiayaan yang menghasilkan program baru, penyelenggaraan event nasional, serta pelaksanaan HDI 2025.
Salah satu program baru adalah Sahabat Celebral Palsy (CP) yang lahir dari kegiatan bantuan kesejahteraan bersama BMH Malang. Program ini juga diperkuat melalui dukungan UMKM dari YBM PLN Pusmapro UPMK II dalam program Kelompok Usaha Cahaya (KUC),2 serta dukungan pembiayaan UMKM dari YBM PLN Unit Induk Transmisi Wilayah Jawa dan Bali.
Selain itu, event nasional seperti Seminar Kesehatan Jiwa dan Pameran Lukisan bersama KPSI dan jaringan STAND-Indonesia (Sustainable Treatment for Anxiety and Depression in Indonesia), serta agenda nasional Difpala Seven Summits II, turut menambah daftar mitra LINKSOS.
Manfaat di luar gedung MCC
Tak hanya di dalam gedung, keberadaan LINKSOS di MCC juga memberikan manfaat luas di luar gedung, khususnya di wilayah Kota Malang. LINKSOS mengembangkan Posyandu Disabilitas dan kelompok Difabel Kreatif (Dekraf) – program UMKM Omah Difabel.
Posyandu Disabilitas merupakan layanan kesehatan berbasis kebutuhan ragam disabilitas dan bersumberdaya masyarakat. Didirikan untuk pertama kalinya di di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, melalui Sarasehan Desa Inklusi yang digelar LINKSOS bersama Netherland Leprosy Relief (NLR) dan Kementerian Kesehatan, November 2019 lalu.
Posyandu Disabilitas, kini telah berkembang di di tujuh provinsi, 17 Kabupaten/Kota, sebanyak 24 Posyandu Disabilitas – temasuk di Kota Malang.
Saat ini di Kota Malang, setidaknya terdapat 6 (enam) replikasi Posyandu Disabilitas. Berlokasi di kelurahan Polehan, Kidul Dalem, Sawojajar, Klojen, Gading Kasri dan Arjowinangun, setidaknya telah menjangkau 420 penyandang disabilitas sebagai penerima manfaat langsung. Peran LINKSOS, sebagai pusat informasi dan edukasi pengembangan Posyandu Disabilitas.
LINKSOS juga mengembangkan kelompok Difabel Kreatif (Dekraf) di tiga kecamatan yaitu Lowokwaru, Blimbing dan Kedungkandang. Dekraf telah menjangkau sekitar 90 penyandang disabilitas sebagai penerima manfaat langsung. Mereka belajar teori membatik dan membuat keset di MCC, kemudian praktik dan membuka usaha di rumahnya masing-masing. Namun secara berkala, mengadakan kegiatan bersama satu bulan sekali.
Tantangan dan Harapan
Keberadaan LINKSOS di MCC telah memberi denyut baru bagi penyandang disabilitas dan komunitas ekonomi kreatif di Kota Malang, serta memperkuat posisi Malang sebagai salah satu kota kreatif dunia. Indonesian Creative Cities Network (ICCN)3 menegaskan bahwa welas asih dan inklusif merupakan dua dari sepuluh parameter utama pengembangan kota kreatif—dan kehadiran LINKSOS menjadi bukti nyata bahwa kedua nilai itu hidup di MCC.
Namun di balik capaian tersebut, terdapat satu tantangan besar yang perlu segera dijawab agar ekosistem kreatif inklusif di Malang dapat berkembang secara lebih merata dan berkelanjutan. Komunitas disabilitas belum sepenuhnya terlibat dalam perencanaan strategis dan kebijakan ekraf Kota Malang. Ruang inklusi memang tersedia, namun belum menjadi ruang partisipasi yang bermakna.
Penyandang disabilitas hadir sebagai penerima manfaat, tetapi belum memiliki peran dalam menentukan arah, desain, maupun standar inklusivitas program ekraf kota. Akibatnya, peluang kolaborasi yang seharusnya memperkaya ekosistem kreatif justru belum dimanfaatkan secara optimal.
Karena itu, sudah saatnya perwakilan komunitas disabilitas dilibatkan dalam posisi strategis, termasuk di Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Kota Malang dan KEK Singhasari.
Sebagai kota kreatif dunia, Kota Malang tidak cukup hanya memberikan pelatihan teknis atau etika interaksi disabilitas. Yang dibutuhkan adalah pelibatan bermakna penyandang disabilitas dalam seluruh proses—perencanaan, implementasi, hingga pengawasan—agar tidak ada seorang pun yang tertinggal (no one left behind).
