patsal keselamatan

Patsal Keselamatan Difabel Mendaki Gunung

2 minutes, 49 seconds Read

Difabel Pecinta Alam (Difpala) di Jawa Timur memiliki Patsal Keselamatan yaitu panduan keselamatan dalam melakukan aktivitas lingkungan hidup. Hal ini mengingat resiko dan tantangan aksesibilitas selama melakukan penghijauan, merawat sumber air hingga memungut sampah di jalur pendakian gunung. Terlebih ketika menyisir jalur ekstrim pendakian seperti Gunung Butak, Kawi dan Arjuno.

 

Mengenal Difpala

Sebelum membahas apa itu Patsal, terlebih dahulu mengenal Difpala. Adalah sebuah komunitas difabel yang mengidentifikasi diri sebagai pecinta alam. Hal ini mereka wujudkan dalam berbagai aktivitas pelestarian lingkungan hidup. Komunitas ini berada dalam binaan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS).

 

Awal mula berdirinya komunitas ini adalah keinginan seorang difabel netra untuk mendaki gunung. Keinginan tersebut disampaikan kepada organisasi LINKSOS, kemudian ditindaklanjuti dengan membentuk tim jalan jauh atau longmarch. Hal ini sebagai langkah awal pelatihan difabel dalam melatih fisik dan mental sebelum mendaki gunung.

 

Diawali dengan perjalanan menelusuri jalan kampung dan perbukitan, tim ini kemudian merambah ke air terjun dan lokasi sumber air. Kemudian mencoba mendaki beberapa gunung yang berada di sekitar sekretariat. Kegiatan ini sekaligus dimanfaatkan sebagai kampanye hapus stigma dan meningkatkan imunitas di masa pandemi, tepatnya dimulai bulan Juli 2020.

 

Perkembangan Difpala, dimulai dari 9 (sembilan) orang anggota longmach, kini beranggotakan sekira 50 orang tersebar di beberapa kota di Jawa Timur. Difpala juga memiliki Sekolah Alam dan Timsus Pendaki Difabel. Sekolah Alam merupakan pusat pendidikan dan pelatihan difabel mendaki gunung. Sedangkan Timsus Pendaki Difabel adalah tim leader dalam tubuh Difpala yang memilki kemampuan khusus dan pengalaman dalam mendaki gunung.

 

Patsal Keselamatan

 

Difabel Pecinta Alam (Difpala) menjalankan kepedulian kolektif atau collective care secara sederhana. Mereka menerapkan prinsip Patsal atau Empat Saling, yaitu saling berinteraksi, saling berbagi, saling mendukung, dan saling menunggu.

 

Patsal 1 saling berinteraksi. Setiap anggota Difpala wajib melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi aktif. Hal ini sangat penting dalam memaknai keragaman dalam tubuh Difpala. Misalnya bagaimana teman Tuli dengan hambatan pendengaran tidak merasa sendiri dalam sebuah pembicaraan tim. Atau bagaimana kawan Netra mampu menikmati situasi dan kondisi meski secara visual mereka tak bisa melihat. Empati dalam berinteraksi dalam hal ini sangat dibutuhkan.

 

Patsal 2 saling berbagi. Yang pertama berbagi tugas dan peran. Misalnya anggota difabel fisik, ia lebih banyak berkerja saat pra pendakian, di antaranya mengurus perijinan kegiatan serta menyiapkan logistik dan administrasi. Kawan Tuli yang berpengalaman biasanya menjadi pendamping pendakian. Sedangkan pendaki netra bertanggungjawab memasang tenda dan memasak. Kemudian yang kedua adalah berbagi logistik, meski masing-masing telah membawa bekal makanan ringan dan minuman, setiap anggota wajib saling berbagi.

 

Kemudian Patsal 3 saling mendukung. Difpala mengembangkan kepekaan terhadap perubahan kondisi baik fisik dan mental anggotanya, serta menawarkan bantuan yang dibutuhkan.  Secara berkala tim melakukan istirahat dan memeriksa kondisi tim.  Di luar jadwal yang ditentukan, istirahat juga boleh dilakukan sesuai kebutuhan. Jika ada yang kelelahan membawa beban logistik, maka sebagian beban tersebut dibantu bawa oleh rekan lainnya.

 

Terakhir Patsal 4 saling menunggu. Mendaki gunung bukan kompetisi siapa yang duluan sampai puncak, melainkan kegiatan olah lahir dan batin sekaligus merawat alam. Demikian pula dalam penghijauan, bukan soal siapa yang terbanyak dalam menanam pohon.

 

Dalam kegiatan pendakian, ketika ada yang mengalami penurunan kecepatan, misal sebab lelah atau cidera,  maka harus ditunggu. Tak seorangpun boleh meninggalkan kecuali alasan khusus dan atas persetujuan Pembina, misal tim logistik jalan duluan ke pos untuk menyiapkan tenda sebagai antisipasi cuaca sekaligus menyiapkan makanan.  Kondisi lainnya, jika terdapat anggota yang tidak mungkin melanjutkan perjalanan, maka terdapat tim pendamping yang menemani tinggal di tempat maupun kembali turun gunung.

 

(admin)

Similar Posts

Skip to content