sampah di gunung

Survei Pendakian Gunung Panderman

2 minutes, 35 seconds Read
Listen to this article

Survei Tim Mitigasi dan Pemandu Pendakian Difpala ke Gunung Panderman (2000 mdpl), 23 Januari 2023 melaporkan seputar keamanan pendakian, monyet dan sampah. Survei dilakukan untuk memastikan kesiapan Pembukaan Jambore Difpala 2023.

 

Mengenal Difpala

Difabel Pecinta Alam atau Difpala merupakan komunitas pemberdayaan penyandang disabilitas di bidang pelestarian alam dan lingkungan. Kelompok ini dibentuk oleh Yayasan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) di masa pandemi tepatnya pada Juli 2020.

Awal mula kegiatan Difpala sebagai upaya menjaga kesehatan dan meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap virus corona. Kegiatan tersebut kemudian diselaraskan dengan tujuan organisasi melalui kolaborasi kampanye isu disabilitas dan pelestarian alam dan lingkungan.

Berbagai bentuk kampanye yang dilakukan Difpala, di antaranya Longmarch Difabel tahun 2020, Misi Gunung Butak tahun 2020, Hari Disabilitas Internasional 2020 di Puncak Batu Tulis Gunung Kawi, Misi Arjuno Inklusi 2021 dan Kemah Bakti Inklusi tahun 2022.

 

Survei untuk Persiapan Jambore Difpala 2023

Tahun 2023 Difpala melakukan kampanye kesadaran disabilitas melalui kegiatan Jambore. Pembukaan Jambore Difabel Pecinta Alam (Difpala) 2023 dijadwalkan di Gunung Panderman, 28 Januari 2023.

Jambore Difpala bertujuan (1) Meningkatkan peran aktif penyandang disabilitas dalam kegiatan pelestarian alam dan lingkungan; (2) Meningkatkan kepercayaan diri, pengetahuan dan keterampilan serta ketangguhan penyandang disabilitas; (3) Membangun ekosistem sosial dan lingkungan hidup yang inklusif. 

Untuk memastikan kesiapan lokasi dan keamanan pendakian, Tim Mitigasi dan Pemandu Pendakian melalukan survei. Kegiatan survei dipimpin oleh Koodinator IV Difpala Agung Tyo, bersama 4 anggota yaitu Cakrahayu, Priyo Utomo, Arya, dan Yulia.

 

 Hasil Survei

Tim survei melaporkan beberapa hal, di antaranya di bidang keselamatan pendakian. Yang pertama perlengkapan wajib standar utamanya sepatu. Khususnya kawan netra sebaiknya memakai dekker atau pelidung tulang kering. Hal ini mengingat trek pedakian yang sebagian mengandung bebatuan besar.

Jalur pendakian cukup terjal. Sebagai gambaran bagi anggota Difpala, track lebih terjal dari Gunung Wedon, namun tidak lebih terjal dari Gunung Kawi. Mengingat hal ini, pentingnya pembagian beban logistik sesuai dengan kemampuan pendaki.

 

Air dan lokasi ngecamp.

Lokasi ngecamp di pos 4 Puncak Bayangan, atau alternatif lain di pos 3 Watu Gede. Sehingga pagi-pagi tinggal membutuhkan sedikit waktu untuk mendaki di Puncak Basundara Gunung Paderman. Khususnya di Puncak Bayangan lokasi ngecamp cukup untuk 5 tenda dengan kapasitas 4 orang per tenda.

Untuk mencapai pos-pos dan puncak terdapat cukup plang penunjuk jalan. Di sepanjang jalur pendakian tidak terdapat sumber air. Solusinya setiap pendaki wajib membawa stok air minimal tiga liter untuk tektok. Namun untuk ngecamp harus membawa stok air yang berbeda dengan stok air minum.

 

Perhatikan monyet

Saat ngecamp, yang perlu diperhatikan adalah monyet dan sampah. Jika bertemu monyet, diamkan saja. Dilarang mengusik monyet atau hewan apapun untuk menghargai sesama makhluk hidup dan menjaga keselamatan pendaki.

Jangan biarkan sampah berceceran, ini akan memantik monyet hadir untuk mencari makanan. Jangan pula memberi makan monyet, demikian pesang sang penjaga gunung. Alasannya agar tidak menjadi kebiasaan monyet bergantung pada para pendaki.

Kemudian jam makan para pendaki yang aman adalah siang hari dan malam hari. Sebab monyet aktif di pagi hari dan sore hari.

 

Rekomendasi

Keberadaan monyet sering mendatangi lokasi ngecamp adalah masalah yang harus dibantu penyelesaiannya. Solusinya tentu bukan menyingkirkan monyet-monyet itu, sebab mereka adalah bagian dari keseimbangan ekosistem gunung.

Kita akan cari tahu sebabnya. Jika mungkin sebabnya kekurangan pangan di hutan, apakah yang bisa kita lakukan? Bolehkah melakukan penghijauan tanaman buah di Gunung Panderman?

 

Similar Posts

Skip to content