Difabel Mendaki Gunung Arjuno

Alam tidak hanya terbentuk dari warna dan cahaya. Menurut Elin sapaan akrabnya, alam bisa dinikmati dengan berbagai cara. Telinganya mendengar bunyi serangga, angin, dan gemerisik pohon. Kulitnya merasakan suhu dingin pegunungan.

Untuk menyalurkan hobinya, Elin bergabung dengan Difabel Pecinta Alam (Difpala) sejak tahun 2020. Komunitas tersebut mengajak para difabel dan non-difabel bersama-sama mendaki gunung, berkemah, dan kegiatan luar ruangan lainnya¹.

Di Putuk Lesung Gunung Arjuno, pada ketinggian 1.740 meter di atas permukaan laut, Ellin menceritakan pengalaman tersebut. Itu adalah hari kedua dari rangkaian Educamp Putuk Lesung Gunung Arjuno yang berlangsung dari tanggal 21 sampai 23 Juni 2024². 

Acara terbuka untuk semua kalangan, baik dari difabel netra, daksa, tuli, dan lainnya, hingga orang tua difabel. Tidak ketinggalan juga Pak Ken Kerta dan staf Lingkar Sosial serta Pak Kikin Tarigan dari Komisi Disabilitas Nasional sebagai penyelenggara acara.

Selain sebagai rekreasi, educamp juga mendidik pesertanya untuk berinteraksi antara difabel dengan non-difabel pendampingnya. Harapannya difabel dan non-difabel bisa semakin banyak berkegiatan bersama.

Dengan semangat, Ellin mengaku harapannya besar supaya kegiatan alam terus berlanjut. Ia ingin mencapai seven summit atau mendaki tujuh gunung tinggi di Indonesia. Juga supaya lebih banyak orang dari semua lapisan masyarakat bisa ikut berpartisipasi tanpa memandang perbedaan.