alat bantu disabilitas

6 Aplikasi Alat Bantu Disabilitas dari Universitas Ma Chung

3 minutes, 42 seconds Read

Sejak tahun 2018 Universitas Ma Chung  berkerjasama dengan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) di bidang penelitian alat bantu disabilitas berbasis human welfare atau kesejahteraan manusia. Hingga tahun 2023 penelitian telah menghasilkan 6 aplikasi alat bantu disabilitas.

 

Enam aplikasi tersebut disosialisasiakan dalam workshop dan FGD, Rabu (15/11 2023) di Hall RND lantai 6, Universitas Ma Chung. Pembukaan kegiatan tersebut ditandai dengan penyerahan Lembar Nota Kesepahaman kepada Rektor Universitas Ma Chung Dr. Ir. Stefanus Yufra Menahen Taneo, M.S.,M.Sc. dan Pembina LINKSOS Ken Kertaning Tyas.

 

Kegiatan juga dihadiri oleh lintas sektor, diantaranya Disnaker PMP TSP Kota Malang, Dinsos Kota Malang, Diskopindag Kota Malang, Gerkatin Kota Malang, Kopinus, APINDO Kabupaten Malang, dan Ibis Style Malang.

 

Sebagai informasi Universitas Ma Chung adalah universitas swasta yang berlokasi di Villa Puncak Tidar N-01, Kota MalangJawa Timur. Universitas ini berada di bawah naungan Yayasan Harapan Bangsa Sejahtera. Kampus  ini memiliki empat program yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas  Bahasa, Fakultas Teknologi dan Desain, serta Fakultas Ilmu Kesehatan.

 

Sedangkan LINKSOS adalah Pusat Pemberdayaan Disabilitas di Malang, Jawa Timur. Sejak tahun berdirinya tahun 2014, organisasi ini konsisten di isu disabilitas, kusta, kesehatan jiwa, kesetaraan gender dan inklusi sosial. Salah satu kegiatannya adalah melakukan penelitian  di berbagai bidang bersama perguruan tinggi.

 

Konsistensi pengabdian masyarakat

 

“Enam aplikasi yang dihasilkan salah satunya sudah produksi adalah mouse komputer untuk tunadaksa lengan atas,” terang Ketua Pembina LINKSOS Ken Kertaning Tyas. Kemudian lima aplikasi lainnya masih prototype adalah aplikasi pemantau minum obat kusta, aplikasi pendataan, serta tiga aplikasi untuk disabilitas rungu masing-masing dengan media sarung tangan, kamera, dan kacamata.

 

Ken menandaskan, durasi kerjasama sejak 2018 dan beberapa produk penelitian merupakan bukti konsistensi Universitas Ma Chung  dan LINKSOS dalam pengabdian masyarakat.  “Kami sangat apresiasi, hal ini khususnya di bidang pemenuhan hak alat bantu disabilitas dan kemudahan dalam akses ketenagakerjaan,” ujarnya.

 

Mouse untuk Tunadaksa Lengan Atas

 

Dalam kesempatan yang sama, dosen peneliti Universitas Ma Chung Dr.Eng. Romy Budhi, MT menyampaikan deskripsi hasil penelitiannya.  Disampaikan Romi, penelitian mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kerjasama dengan PT. Solusi Rekatama Persada.

 

“Mouse untuk Tunadaksa secara lengkap profilnya ada di https://anthromation.online,” ujar Romi menerangkan. Lanjutnya, mouse ini terdiri atas dua modul, yaitu modul di kaki dan di lengan. Modul di kaki terdiri atas 5 tombol yang menggantikan fungsi klik mouse, yaitu: klik kiri, kanan, scroll-up, scroll-down, dan hold. Sedangkan modul di lengan dipakai untuk menggerakkan kursor mouse ke kiri-kanan-atas-bawah.

 

Romi berharap, dengan produk ini, Tunadaksa lengan atas, diharapkan tetap dapat mengoperasikan komputer untuk pekerjaan kantor, seperti Word, Excell, dan sebagainya. “Hal ini mendukung UU No.8/2016 tentang Penyandang Disabilitas, dimana disabilitas diberi kesempatan bekerja di BUMN/BUMD ataupun perusahaan swasta,” pungkasnya.

 

 

Digitalisasi dan Pemetaan Penyandang Disabilitas

 

Dosen peneliti  lainnya,  Mochamad Subianto, S.Kom., M.Cs merinci penelitiannya tentang Digitalisasi dan Pemetaan Penyandang Disabilitas. Disampaikan Subianto, awal mula penelitian tersebut berasal dari itikad membantu LINKSOS di bidang pendataan.

 

“LINKSOS memiliki desa-desa dampingan di 5 Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang dalam kegiatannya tak lepas dari pendataan penyandang disabilitas,” ujar Subianto. Ia merinci, lima kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Tuban.  Lebih detil lagi, LINKSOS mendampingi 7 kecamatan, 39 desa/kelurahan, serta menjangkau sekitar 1.950 penyandang disabilitas dan 195 relawan.

 

“Aktivitas pendampingan desa-desa dan kelurahan tersebut tak lepas dari kegiatan pendataan,” terang Subianto.  Namun kendalanya adalah belum adanya mekanisme pendataan yang uptodate dan komprehensif.

 

“LINKSOS memerlukan sistem pendataan yang uptodate dan komprehensif yang mudah dan aman dioperasikan oleh petugas pendataan, untuk itulah kerjasama dengan Universitas Ma Chung khususnya Prodi Teknik Informatika dilakukan,” ujar Subianto.

 

Subianto berharap, aplikasi juga bermanfaat bagi sektor terkait diantaranya untuk data terpadu kesejahteraan sosial, Puskesmas, Dinas Sosial, BPBD, Disnaker, Diskopindag dan pihak swasta.

 

 

Aplikasi Pemantau Minum Obat

 

Produk penelitian lainnya adalah Lemosys atau aplikasi pemantau minum obat. Dosen peneliti Paulus Lucky Tirma Irawan, S.Kom., MT mengembangkan aplikasi tersebut pada platform web dan mobile.

 

“Aplikasi ini dikembangkan untuk meningkatkan kedisiplinan pasien dalam menjalani terapi medis, memudahkan pemantauan real-time bagi dokter, tenaga medis, dan Pengawas Minum Obat (PMO),” terang Lucky. Lanjutnya, aplikasi ini menyederhanakan pelacakan konsumsi antibiotik, riwayat pengobatan, dan data pasien kusta yang terpusat di cloud dengan keamanan yang terjamin.

 

Lucky menjelaskan, antarmuka mobile LEMOSYS memberikan pengingat berkala, meningkatkan kedisiplinan pasien dalam mengikuti jadwal minum obat. Dengan desain yang profesional dan mudah digunakan, LEMOSYS bertujuan untuk merevolusi manajemen pengobatan kusta, meningkatkan kedisiplinan pasien, dan pada akhirnya, memperbaiki hasil kesehatan.

 

(admin)

 

Galeri Kegiatan

Similar Posts

Skip to content