Rencana tindak lanjut pasca event Hari Disabilitas Internasional (HDI) Malang Raya, Forum Inklusi Kota Batu (FIK Batu) akan mengembangkan pemberdayaan terkait Rumah Ramah Disabilitas, Posyandu Disabilitas dan Kalender Wisata.
Forum Inklusi Kota Batu (FIK Batu) menggelar Pentas Seni dan Apresiasi Karya Difabel, Minggu, 17 Desember 2023 di Warung Madhang Godhong Gedhang Kota Batu. Even ini sebagai puncak perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI) Malang Raya.
Even tersebut menampilkan kolosal bapang, dance, tari kreasi, fashion show, tilawah, menanyi dan lainnya. Sementara di stand bazar dan kuliner terdapat berbagai macam kuliner, lukisan, kerajianan tangan, hingga pupuk organik.
Pentas Seni dan Apresiasi Karya Difabel melibatkan 35 organisasi lintas sektor dan 300 peserta dari berbagai ragam disabilitas. Mereka berasal dari Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Pentas tersebut sebagai rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional. Sebelumnya FIK Batu juga menggelar Pawai Empati 1000 Bunga.
FIK Batu atau Forum Inklusi Kota Batu adalah forum lintas organisasi penyandang disabilitas dan pemangku kepentingan di Kota Batu. Pembentukan forum ini diprakarsai oleh Dinas Sosial Kota Batu dan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS), November 2023 lalu.
3 Rencana Tindak Lanjut
Ketua Panitia Hari Disabilitas Internasional Kota Batu, Mardi Setia Ningsih menyampaikan tiga rencana tindak lanjut pasca event. Tiga rencana tersebut terkait adanya Rumah Ramah Disabilitas, Posyandu Disabilitas dan Kalender Wisata.
“Dengan diadakannya pentas seni dan apresiasi karya difabel, ternyata diketahui bahwa penyandang disabilitas memiliki berbagai potensi seni,” ujar Ketua Panitia HDI Mardi Setia Ningsih didampingi Wakil Ketua Ariyati.
Selain itu, lanjutnya di stand pameran dan bazar juga nampak puluhan produk baik barang maupun jasa. Untuk itu diperlukan adanya Rumah Ramah Disabilitas sebagai tempat pemberdayaan dan menampung karya penyandang disabilitas.
Ketua APKLI Kota Batu ini juga menyampaikan saatnya Kota Batu memiliki Posyandu Disabilitas untuk layanan kesehatan yang lebih baik. “Disabilitas dalam konteks yang lebih luas termasuk bagi lansia atau usia indah kami menyebutnya,” tandasnya.
“Kami juga ingin potensi penyandang disabilitas masuk ke dalam Kalender Wisata Kota Batu, misal penyandang disabilitas pentas dalam event HUT Kota Batu,” pungkas Mardi Setia Ningsih.
Advokasi Sosial dan Kebijakan
Lebih dalam Fasilitator FIK Batu, Ken Kerta mengatakan perlunya advokasi sosial dan advokasi kebijakan untuk mewujudkan tiga rencana tindak lanjut pasca even HDI di Kota Batu.
“Advokasi sosial artinya upaya mempengaruhi kondisi sosial secara masif dan berkelanjutan, bentuknya adalah edukasi dan pemberdayaan masyarakat,” terang Ken Kerta.
Pembina Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) ini menerangkan, sebagai wujud advokasi sosial, rencana adanya Rumah Ramah Disabilitas, Posyandu Disabilitas, dan Kalender Wisata, akan kami bahas dalam rapat koordinasi penyusunan Rencana Kerja di bulan Januari 2024 nanti.
Sedangkan advokasi kebijakan artinya upaya mempengaruhi adanya kebijakan pemerintah secara sistematik agar kebijakan tersebut berpihak pada penyandang disabilitas.
“Kongkritnya, kami akan melakukan audiensi dengan DPRD Kota Batu untuk mempresentasikan program kerja FIK Batu,” tandas Ken.
Belajar dari praktik baik
“Rumah Ramah Disabilitas adalah rumah pemberdayaan bagi penyandang disabilitas khususnya pengembangan bakat minat dan karya-karya disabilitas,” terang Ken Kerta.
Ken menjelaskan, semacam rumah ramah disabilitas sudah dikembangkan di Kabupaten Malang, namanya Omah Difabel. Praktik baiknya, Omah Difabel mampu memiliki bengkel kerja dan galeri pemasaran di hotel.
“Omah Difabel bersifat swadaya masyarakat dengan berbagai tantangan dan hambatannya, maka harapannya Rumah Ramah Disabilitas di Kota Batu akan diampu oleh Dinas terkait sehingga persoalan permodalan dan pelatihan peningkatan kapasitas akan lebih terjamin,” terang ken.
Sedangkan Posyandu Disabilitas adalah layanan kesehatan berbasis kebutuhan ragam disabilitas dan bersumberdaya masyarakat. Layanan ini ada di tingkat desa/kelurahan dan gratis sehingga terjangkau dan mudah diakses. Posyandu semacam ini sudah dikembangkan LINKSOS di Kabupaten Malang, Kota Malang dan beberapa kota lainnya di Jawa Timur.
“Keunikan Posyandu Disabilitas adalah adanya layanan terapis, namun hal ini juga sekaligus tantangan sebab minimnya ketersediaan tenaga terapis,” ungkap Ken Kerta. Maka harapannya di Kota Batu ada Perda ataupun Perwali yang menjamin adanya layanan terapi di Posyandu Disabilitas.
Selanjutnya kalender wisata adalah kalender yang memuat serangkaian kegiatan untuk mempromosikan pariwisata daerah. Kalender ini memuat berbagai jadwal kegiatan seperti festival, pameran, olahraga, bazar hingga acara adat budaya setempat.
Ken mengungkap, khususnya di Jawa Timur, belum terdapat kota yang secara konsisten melibatkan potensi seni budaya penyandang disabilitas dalam kalender wisata. “Harapannya kalender wisata inklusif ini akan menjadi inovasi Kota Batu,” pungkasnya.
(admin)